Mari Kita Belajar untuk meningkatkan kemampuan dalam berkomunikasi dengn teknologi komunikasi yang terus berkembang.
Senin, 09 September 2019
Sabtu, 07 September 2019
RIVIEW CONTENT RUMAH BELAJAR MATERI 1 DAN 2
Tim Pengembang untuk materi
Penulis
|
:
|
Eti Yuliati
|
|
Pengkaji Materi
|
:
|
||
Pengkaji Media
|
:
|
Heroe Noegroho
|
|
Pemimpin Tim
|
:
|
Agus Nazaruddin
|
|
Pemrogram
|
:
|
Aryo G. Suropati
|
|
Desain Grafis
|
:
|
M. Tholib
|
Pengantar
Memasuki era globalisasi,
Indonesia masih menghadapi masalah gizi ganda, yaitu masalah gizi kurang dan
gizi lebih dengan berbagai risiko penyakit yang ditimbulkannya. Masalah gizi
ganda biasanya terdapat di masyarakat pedesaan dan perkotaan.
Masalah gizi ganda pada
dasarnya merupakan masalah perilaku masyarakat terhadap pola makan sehari-hari.
Setiap masyarakat mempunyai
masalah gizi yang berbeda tergantung pada tingkat sosial ekonominya. Pada
masyarakat yang kaya dan tinggal di perkotaan, biasanya sering dihadapi masalah
kelebihan gizi. Masyarakat dengan tingkat sosial ekonomi rendah/miskin, umumnya
sering menghadapi masalah kekurangan gizi.
Gizi Makanan
Apa itu gizi
Gizi berasal dari bahasa Arab “Al
Gizzai“ yang artinya makanan dan manfaatnya untuk kesehatan. “Al Gizzai”
juga dapat diartikan sari makanan yang bermanfaat untuk kesehatan.
Untuk mendapatkan kesehatan yang prima, diperlukan asupan gizi
yang baik dengan cara mengonsumsi makanan yang mengandung gizi seimbang.
Setidaknya makanan kita harus mengandung 3 unsur yaitu:
·
karbohidrat,
protein,
·
dan serat.
Gizi yang diperlukan tubuh
Makanan dan minuman yang kita
konsumsi, harus mengandung unsur gizi yang diperlukan oleh tubuh seperti
karbohidrat (biasanya terdiri dari beras, umbi-umbian, gandum), protein
(hewani; daging, ikan, ayam dan nabati; kacang-kacangan, tahu, tempe), vitamin
(vitamin A, B, C, D, E, dan K), dan mineral (biasanya banyak terdapat pada
buah-buahan dan sayuran) dalam jumlah yang cukup. Selain itu, kita juga memerlukan
air dan serat untuk memperlancar proses metabolisme dalam tubuh.
Kesimpulan
Dengan berpedoman pada prinsip pola kombinasi makanan, kita
diharapkan dapat hidup lebih sehat dan teratur karena akan membuat sistem
pencernaa bekerja secara alami (wajar). Selain itu, kita dapat dengan mudah
mengatur dan menyusun menu makanan sehari-hari tanpa harus berpantang.
Masukan :
1. Perlu adanya contoh-contoh makanan bergizi yang lebih bervareatif
dan menarik bisa dengan animasi dan video serta kegiatan budi daya sumber alam.
2. Perlu adanya lembaga yang menangani akan pengembangan kualitas
produk dan menjamin kehalalan dari makanan yang dihasilkan
3. Perlu adanya jaringan yang luas dan kuat untuk mengembangkan dan
meningkatkan kualitas makanan yang bergizi.
Pendidikan Agama Islam
Kelas IX/1
Iman kepada Qadha dan Qadar
Penulis naskah : Eko Ramdi Fauzi
Pengkaji Materi : Aprina Murwanti
Pengkaji Media : Hardianto
Pemrogram : Radito
Animator dan
Disain Grafis : Dani H.
Pengontrol
Kualitas : Hadin S.
Pengantar.
Jalan hidup kita sangat ditentukan oleh Ketetapan
Allah. Semua kejadian di dunia ini tidak lepas dari qadha dan qadar Allah.
Keberadaan manusia sejak lahir hingga masuk ke liang lahat, semua tak lepas
dari ketetapan-Nya. Untuk itu kita harus mengimani dan memahami apa itu
ketetapan Allah, atau yang disebut dalam bahasan ini adalah qadha dan qadar.
Apa bedanya dan bagaimana cara kita mengimaninya
Kompetensi
Setelah mempelajari materi ini diharapkan peserta didik dapat:
- Memahami
pengertian dan dalil-dalil beriman kepada qadha dan qadar.
- Memahami
perbedaan takdir muallaq dan mubram.
- Hikmah
beriman kepada qadha dan qadar.
DALIL ADANYA QADHA DAN
QADAR
Dalil tentang adanya qadha
dan qadar ini tersurat dalam beberapa ayat al-Quran antara lain:
1.
QS. Al-Ahzab/33:38
Artinya: "…Dan adalah
ketetapan Allah itu suatu ketetapan yang pasti berlaku." [Al-Ahzab/33:38]
2.
QS. Al-Qamar/54:49
Artinya: "Sesungguhnya
Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran." [Al-Qamar/54:49]
3.
HR. Muslim
Artinya: Rasulullah SAW bersabda:
"Allah telah menetapkan takdir untuk setiap makhluk sejak lima puluh ribu
tahun sebelum penciptaan langit dan bumi." (HR. Muslim).
Jadi qadha dan qadar Allah
SWT itu adalah benar adanya. Hal tersebut disebutkan baik dalam al-Quran maupun
hadis. Karena itu, terkait dengan qadha dan qadar Allah SWT ini kita harus
mengimani bahwa kehendak Allah meliputi segala sesuatu: baik yang terjadi
maupun yang tidak terjadi, baik perkara besar maupun kecil, baik yang tampak
maupun yang tersembunyi, baik yang terjadi di langit maupun di bumi.
Takdir ada dua macam: takdir Muallaq dan takdir Mubram.
Takdir mubram adalah ketentuan mutlak dari Allah SWT yang pasti
berlaku dan manusia tidak diberi peran untuk mewujudkannya.
Takdir muallaq yaitu ketentuan Allah SWT yang mengikut sertakan
peran manusia melalui usaha atau ikhtiarnya.
Hikmah Beriman kepada Qadha dan Qadar:
a.
Mendorong anak pada sikap
yang seimbang antara optimisme dan tawakkal.
b.
Melatih diri untuk lebih
bersyukur dan bersabar kepada Allah SWT.
c.
Mendekatkan diri kepada
Allah SWT.
d.
Melatih seseorang menjadi
orang yang giat berusaha, optimis, dan tidak cepat putus asa.
e.
Menghindarkan dari sifat
sombong.
f.
Dapat menenangkan jiwa.
Masukan:
1.
Perlu adanya keterpaduan dan
keterkaitan antara materi agama dengan bidang-bidang lain yang saling
menguatkan dan dapat memberikan makna dan hikmah dalam kehidupan
2.
Perlu disisipkan renungan
dan kisah-kisah yang menarik dan membangkitkan semangat untuk melaksanakan
ajaran agama dengan sebaik-baiknya.
Kamis, 05 September 2019
Khutbah Jum'at: Menuju Kehidupan Manusia Terbaik
Menuju Kehidupan Manusia Terbaik
Hadirin jama’ah jumat rakhimakumullah
Tiada kata yang paling pantas kita senandungkan pada hari yang berbahagia
ini melainkan kata-kata syukur kepada Allah SWT yang telah mencurahkan dan
mencucurkan berbagai kenikmatan kepada kita semua, sehingga kita semua dapat
berkumpul dalam majelis ini dalam keadaan sehat wal ‘afiyat. Dan marilah kita
merealisasikan rasa syukur kita dengan menjalankan segala perintah-Nya serta
menjauhi segala larangan-larangan-Nya.
Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW, keluarganya, para sahabat, tabi’in, tabi’ut tabi’in dan insya
Allah SWT terlimpah pula kepada kita selaku umatnya yang senantiasa berusaha
untuk meneladani Beliau. Amin.
Hadirin jama’ah jumat rakhimakumullah
Marilah senantiasa kita tingkatkan mutu kualitas iman dan taqwa kita kepada
Allah SWT, karena iman dan taqwa itulah satu-satunya bekal bagi kita untuk
menuju kehidupan yang kekal dan abadi yakni kehidupan akhirat.
وَتَزَوَّدُواْ فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى
وَاتَّقُونِ يَا أُوْلِي الأَلْبَاب
“Berbekallah, dan Sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa, dan
bertakwalah kepada-Ku wahai orang-orang yang berakal”. (QS. Al-Baqoroh: 197)
Hadirin jama’ah jumat rahimakumullah.
Allah SWT. berfirman dalam surat At-tin ayat 3-4:
Allah SWT. berfirman dalam surat At-tin ayat 3-4:
لَقَدْ خَلَقْنَا الإِنسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ
ثُمَّ رَدَدْنَاهُ أَسْفَلَ سَافِلِينَ
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang
sebaik-baiknya. Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya(neraka)”,
Dalam surat At-Tin di atas Allah SWT menggambarkan tentang dua keadaan
manusia, yang pertama yakni manusia Ahsani taqwim (manusia yang paling baik)
kemudian yang kedua yakni manusia Asfala safilin (manusia yang paling rendah).
Dalam tafsir Jalalain disebutkan bahwa Ahsani taqwim adalah manusia yang
memilki bentuk yang paling baik dibandingkan dengan makhluk yang lain,
sedangkan Asfal safilin adalah gambaran manusia pada saat usia tuanya yang
tidak lagi mampu untuk mengerjakan aktifitas sehari-hari sebagaimana yang
dilakukan pada waktu mudanya. Kemudian tafsir ini melanjutkan bahwa pahala dan
dosa itu diberikan oleh Allah SWT pada saat seseorang itu mulai aqil balig
lebih-lebih pada waktu mudanya.
Kemudian dalam tafsir Muyassar disebutkan bahwa Ahsani taqwim adalah yakni
manusia memiliki bentuk paling baik dibandingkan dengan makhluk yang lain,
sedangkan pengertian Asfala safilin adalah manusia yang tidak taat pada Allah
SWT dan rasul-Nya, kelak akan dikembalikan pada tempat yang paling buruk dari
pada tempat yang lain yakni neraka jahannam yang panas lagi berkobar-kobar
apinya.
Dan sebaliknya manusia yang mentaati perintah Allah SWT dan rasul-Nya serta
menjauhi segala larangannya, akan ditempatkan pada tempat yang paling indah
yakni surga yang didalamnya penuh dengan kenikmatan-kenikmatan yang abadi.
Hadirin jama’ah jumat rahimakumullah.
Lalu bagaimana kita meraih kedudukan Ahsani taqwim dan menjauhi dengan
sejauh-jauhnya Asfala safilin?
Pertama, kita harus mensyukuri karunia Allah SWT yang berupa dua mata, dua
telinga, dua tangan, dan dua kaki yang masih sempurna ini dengan syukur yang
sebenar-benarnya.
قُلْ هُوَ الَّذِي أَنشَأَكُمْ وَجَعَلَ لَكُمُ
السَّمْعَ وَالأَبْصَارَ وَالأَفْئِدَةَ قَلِيلاً مَّا تَشْكُرُونَ
“Katakanlah: “Dia-lah yang
menciptakan kamu dan menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati”.
(tetapi) Amat sedikit kamu bersyukur.” (QS. Al-Mulk: 23)
Dan Allah SWT juga berfirman:
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِن شَكَرْتُمْ
لأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; “Sesung-guhnya jika kamu
bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu
mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesung-guhnya azab-Ku sangat pedih”. (QS.
Ibrahim: 7)
Kedua, kita harus menggunakan karunia badan yang masih sempurna ini dengan
menggunakannya sesuai dengan fungsi dan kegunaannya, karena Allah SWT akan
meminta pertanggung jawabannya di akhirat kelak.
وَلاَ تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ
السَّمْعَ وَالْبَصَرَوَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْؤُولاً
“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan
tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan
diminta pertanggung jawabannya”. (QS. Al-Isra’: 36)
Hadirin jama’ah jumat rahimakumullah.
Dari ayat di atas kita dapat mengambil hikmahnya, bahwa semua tindakan yang
kita lakukan baik itu dari mata, telinga, tangan, dan kaki semuanya akan di
mintai pertanggung jawabannya. Maka jangan sampai tangan yang seharusnya kita
gunakan untuk membantu serta memberikan sedekah kepada orang yang membutuhkan,
malah kita gunakan untuk menganiaya, menyiksa, bahkan membunuh orang lain hanya
karena hal yang sepele. Dan jangan sampai tangan yang kita miliki ini kita
biarkan untuk mengurangi timbangan, mengurangi yang seharusnya menjadi hak
orang lain, lebih-lebih korupsi yang sangat-sangat merugikan orang lain.
Begitu juga dengan mata, jangan sampai kita biarkan mata kita melihat
hal-hal yang di larang oleh agama bahkan hal-hal yang jelas-jelas di laknat
oleh Allah SWT. Begitu juga telinga mulut dan kaki, jangan sampai telinga dan
mulut kita, kita gunakan untuk mendengar dan mengucapkan hal-hal yang tidak
sewajarnya, tetapi marilah kita gunakan mulut dan telinga ini dengan
memperbanyak membaca al-qur’an, berzikir kepada Allah SWT serta membaca
kalimat-kalimat Thoyyibah. Karena tangan, kaki, serta mulut kita ini akan
menjadi saksi di akhirat kelak.
الْيَوْمَ نَخْتِمُ عَلَى أَفْوَاهِهِمْ وَتُكَلِّمُنَا
أَيْدِيهِمْ وَتَشْهَدُ أَرْجُلُهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُون
“Pada hari ini Kami tutup mulut mereka, dan berkatalah kepada Kami tangan
mereka dan memberi kesaksianlah kaki mereka terhadap apa yang dulu mereka
usahakan”. (QS. Yasin: 65)
Ketiga, dengan bertambah besarnya seseorang, dari mulai kecil hingga ia
menginjak masa muda inilah, yang seharusnya diperhatikan oleh semua orang untuk
menyiapkanbekal-bekal yang terbaik. Nabi Muhammad SAW sebagai orang yang kita
kenal sebagai orang yang nomor satu dalam agamanya, ketika hendak wafatnya
beliau merasakan sakaratul maut yang benar-benar menyakitkan. Oleh karena itu,
mari kita gunakan masa-masa emas ini yakni masa-masa muda ini dengan banyak
menuntut ilmu agama dan banyak beramal sholeh untuk meraih kebahagiaan hidup di
dunia dan akhirat
.
Hadirin jama’ah jumat rahimakumullah.
Keempat, mari kita gunakan hati dan fikiran ini sebagai anugrah terbesar
yang di berikan oleh Allah SWT kepada kita dengan sebaik-baiknya. Hati inilah
yang menjadi motor atau penggerak bagi seluruh anggota tubuh kita, hati ini
pula yang menjadi raja bagi seluruh anggota tubuh kita ini, sebagaimana
termaktub dalam hadits Rasulullah SAW yang artinya “ Sesungguhnya dalam tubuh
manusia ada segumpal darah, manakala ia baik maka baiklah seluruhnya tapi
manakala ia buruk maka buruklah seluruhnya, ia adalah hati ” (HR. Muslim).
Allah SWT juga berfirman di dalam surat Al-Isra’ ayat 36 .
وَلاَ تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ
السَّمْعَ وَالْبَصَرَوَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْؤُولاً
“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan
tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan
diminta pertanggung jawabannya.
Kelima, mari kita gunakan agama Islam ini, sebagai ruh utama bagi kita. Segala
apa yang kita kerjakan dan lakukan hendaklah sesuai dengan tuntunan dan ajaran
agama Islam. Karena agama Islam inilah satu-satunya agama yang diridhoi oleh
Allah SWT. Allah SWT berfirman di dalam surat Ali-Imran ayat 19. Yang berbunyi:
إِنَّ الدِّينَ عِندَ اللَّهِ الإِسْلاَمُ وَمَا
اخْتَلَفَ الَّذِينَ أُوْتُواْ الْكِتَابَ إِلاَّ مِن بَعْدِ مَا جَاءَهُمُ
الْعِلْمُ بَغْيًا بَيْنَهُمْ وَمَن يَكْفُرْ بِآيَاتِ اللَّهِ فَإِنَّ اللَّهَ
سَرِيعُ الْحِسَابِ
“Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah SWT hanyalah Islam. tiada
berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang
pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa
yang kafir terhadap ayat-ayat Allah SWT maka sesungguhnya Allah SWT sangat cepat
hisab-Nya.”
Hadirin jama’ah jumat rahimakumullah.
Yang keenam atau yang terakhir adalah dengan menyatukan semua unsur-unsur
dan komponen yang telah kami sebutkan di atas yakni antara anggota badan
jasmani dan rohani haruslah senantiasa di bingkai dengan nilai-nilai agama
Islam.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ اتَّقُواْ اللَّهَ
حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ
“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah SWT dengan
sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan
dalam Keadaan beragama Islam. (QS. Ali-Imron: 102)
بَارَكَاللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ القُرْآنِ العَظِيْمِ,
وَنَفَعَنِيْ وَإِيَاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَ الذِكْرِ الحَكِيْمِ
وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلَا وَتَهُ إنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَحِيْمُ
Artikel: Kewajiban Menuntut Imu dan Keutamannya
Kewajiban
Menuntut Ilmu Serta Keutamaanya
Dalam islam menuntut ilmu merupakan suatu hal yang
wajib. Karena menuntut ilmu dan dengan memiliki ilmu kita akan mendapati banyak
hal. Sebagaimana pepatah arab menyebutkan
“Siapa yang ingin dunia (hidup di dunia dengan
baik), hendaklah ia berilmu, siapa yang ingin akhirat (hidup di akhirat nanti
dengan senang) hendaklah ia berilmu, siapa yang ingin keduanya, hendaklah
berilmu”
Sebagaimana Nabi SAW bersabda:
“Menuntut ilmu adalah wajib atas setiap
muslimdan Muslimah.”
Dari hadist ini sangatlah jelas apa yang disampaikan
Rasulullah SAW yang memberitahukan bahwasanya menuntut ilmu hukumnya adalah
wajib.
Dalam menuntut ilmu pun tidak memiliki batas waktu,
sebagaimana dikatakan dalam hadist Nabi SAW:
“Carilah ilmu dari semenjak kamu dalam buaian
hingga liang lahat”
Hadist tersebut menjelaskan bahwa dalam kewajiban
menuntut ilmu tidaklah memiliki batasan sehingga dalam kehidupan sehari-hari
telah memiliki unsur-unsur menuntut ilmu, karena dalam menuntut ilmu menjadikan
kita yang belum tahu, faham, mengerti menjadi tahu faham dan mengerti.
KEUTAMAAN DALAM MENUNTUT ILMU
1. Ilmu adalah amalan yang tidak
terputus pahalanya
Sebagaimana dalam hadits Nabi SAW:
“jika manusia meninggal maka terputuslah
amalnya terkecuali tiga perkara: Amal jariyahnya, Ilmu yang bermanfaat, dan
anak yang sholeh yang mendoakan kedua orangtuanya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
2. Menjadi saksi terhadap
kebenaran
Sebagaimana dalam firman
Allah SWT:
“Allah menyatakan bahwasanya
tidak ada tuhan yang disembah melaikan Dia. Yang menegakkan keadilan para
malaikat dan orang yang berilmu (Juga menyatakan yang demikian itu).” (QS. Ali Imran: 18)
3. Allah mengangkat derajat orang
yang berilmu
Allah SWT berfirman:
Hai orang orang yang beriman
apabila kamu dikatakan kepadamu: “Berlapang lapanglah dalam majelis”, maka
lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila
dikatakan berdirilah kamu maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan
orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu
pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang
kamu kerjakan” (
Q.S Al-Mujaadalah:11)
4. Ilmu adalah anugerah Allah yang
sangat besar
Firman Allah SWT:
“Allah menganugerahkan al
hikmah (kefahaman yang dalam tentang al qur’an dan as sunnah) kepada siapa yang
dikehendakinya. Dan barang siapa yang dianugerahi hikmah, maka ia benar-benar
telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakal lah
yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah).” (QS. Al Baqarah: 269)
5. Menuntut ilmu merupakan jalan
menuju Surga
Rasulullah SAW bersabda:
”Barang siapa
yang menempuh suatu jalan dalam rangka menuntut ilmu maka
Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim)
6. Tanda kebaikan seorang hamba
Rasulullah SAW bersabda:
“Siapa yang Allah kehendaki
kebaikan kepada seorang hamba maka ia akan difahamkan tentang agamanya.” HR. Bukhari dan Muslim)
7. Ilmu agama menyelamatkan
dari laknat Allah Azza wa Jalla
Dari Abu Hurairah Ra, Rasulullah SAW bersabda:
“Sesungguhnya dunia itu
terlaknat, terlaknat segala isinya, kecuali zikir kepada Allah dan
amalan-amalan ketaatan, demikian pula seorang yang alim atau yang
belajar.” (HR.
Tirmidzi dan Ibnu Majah)
8. Ahli ilmu lebih utama dari
ahli ibadah
Rasulullah SAW bersabda:
“sesungguhnya keutamaan seorang
yang berilmu dibanding ahli ibadah seperti keutamaan bulan di malam purnama
dibanding seluruh bintang-bintang.” (HR. Abu Dawud dan Ibnu Majah)
9. Ilmu adalah cahaya
Allah SWT berfirman:
“Sesungguhnya telah datang
kepadamu cahaya dari Allah, dan Kitab yang menerangkan . Dengan kitab itulah
Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keridhaan-Nya ke jalan keselamatan,
dan Allah mengeluarkan mereka dari gelap gulita kepada cahaya yang terang
benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus.” (QS.Al-Maidah:5-6)
Inilah kultum tentang kewajiban dalam menuntut ilmu
serta keutamaannya dengan beberapa ayat Al Qur’an dan Al Hadist. Semoga dapat
memberikan manfaat kepada sahabart-sahabat sekalian. Mohon maaf apabila
terdapat kesalahan.
Artikel: Prinsip Hidup Bahagia Menurut Islam
Prinsip Hidup Bahagia Menurut Islam
Setiap
manusia menghendaki kehidupan yang bahagia. Tidak ada satupun manusia yang
ingin hidup susah, gelisah, dan tidak merasakan ketentraman. Akan tetapi setiap
manusia memiliki prinsip dan cara pandang yang berbeda dalam mengukur
kebahagiaan. Karena yang paling memengaruhi seseorang dalam mengukur
kebahagiaan adalah prinsip dan pandangan hidup yang dipijakinya.
Bagi
seorang Muslim, kebahagiaan tidak selalu berupa kemewahan dan keberlimpahan
materi duniawi. Berikut ini beberapa pinsip kebahagiaan dalam konsep hidup
Islam. Tulisan ini akan menguraikan beberpa prinsip hidup bahagia menurut
Islam.
1. Bahagia di Jalan
Allah (Sabilu[i]llah, shiratullah)
Allah Ta’ala
berfirman:
وَأَنَّ
هٰـذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيْماً فَاتَّبِعُوْهُ وَلاَ تَتَّبِعُواْ السُّبُلَ
فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيْلِهِ ذٰلِكُمْ وَصَّاكُمْ بِهِ لَعَلَّكُمْ
تَتَّقُوْنَ
“dan bahwa (yang Kami
perintahkan ini) adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah
kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai
beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu
bertakwa”. (Qs. Al-An’am: 153)
Kebahagiaan
hanya dapat diperoleh dengan meniti jalan yang digariskan oleh Allah. Yang
dimaksud dengan meniti jalan Allah adalah menaati perintah-Nya dan meninggalkan
larangan-Nya dengan ikhlas dan benar. Ayat 153 surah al-An’am diatas sebelumnya
didiahului dengan penjelasan tentang beberapa perintah dan larangan Allah
kepada orang beriman.
Sehingga
sudah dapat dipastikan bahwa orang yang meninggalkan jalan yang digariskan oleh
Allah akan, tidak tenang dan tidak bahagia. Karena ia akan mencari jalan dan
sumber kebahagiaan pada jalan yang dibuat dan digariskan oleh selain Allah dan
Rasul-Nya. Allah Ta’ala berfirman:
وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ
لَهُ مَعِيْشَةً ضَنْكاً وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى
Dan barangsiapa
berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit,
dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta”. (surat
Thaha [20]: 124
2. Menggabungkan antara kebahagiaan ruh dan
Jasad
Manusia
terbentuk dari ruh dan jasad. Masing-masing dari keduanya membutuhkan gizi dan
nutrisi yang harus dipenuhi secara adil. Sebagian kalangan hanya menekankan
aspek ruh dan mengabaikan kebutuhan jasad. Sebaliknya sebagian yang lain hanya
menekankan pemenuhan kebutuhan jasad dan mengabaikan kebutuhan ruh.
Adapun
petunjuk Islam memenuhi kebutuhan keduanya (ruh dan jasad) secara adil. Ruh
dipenuhi kebutuhannya dengan cahaya wahyu dari langit dan menjaga kesehatan
jasad dengan pememenuhan hajat syahwat dan syahwat melalui cara yang halal dan
thayyib. Allah Ta’ala berfirman:
وَابْتَغِ
فِيْمَا آتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآخِرَةَ وَلَا تَنْسَ نَصِيْبَكَ مِنَ
الدُّنْيَا وَأَحْسِنْ كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ
فِي الْأَرْضِ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِيْنَ
Dan carilah pada apa
yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan
janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi. (Surah
al-Qashash [28]:77).
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menganjurkan
kepada ummatnya untuk menunaikan hak kepada pemiliknya masing-masing. “Sesungguhnya Rabbmu punya haq darimu, dirimu
punya haq darimu, keluargamu juga punya hak, maka berilah setiap hak kepada
pemiliknya” (Terj. HR. Bukhari).
3. Kebahagiaan dan
Keberanian (Menghadapi Resiko hidup)
Barangsiapa
yang telah menikmati manisnya Iman, maka ia takkan pernah mau meninggalkannya,
kendati pedang diletakkan di lehernya. Sepertimana tukang sihir Fir’aun yang
tegar menghadapi ancaman potong tangan-kaki dan salib;
قَالَ
آمَنْتُمْ لَهُ قَبْلَ أَنْ آذَنَ لَكُمْ إِنَّهُ لَكَبِيْرُكُمُ الَّذِي
عَلَّمَكُمُ السِّحْرَ فَلَأُقَطِّعَنَّ أَيْدِيَكُمْ وَأَرْجُلَكُم مِّنْ خِلَافٍ
وَلَأُصَلِّبَنَّكُمْ فِي جُذُوْعِ النَّخْلِ وَلَتَعْلَمُنَّ أَيُّنَا أَشَدُّ
عَذَاباً وَأَبْقَى
Berkata Fir’aun:
“Apakah kamu telah beriman kepadanya (Musa) sebelum aku memberi izin kepadamu
sekalian. Sesungguhnya ia adalah pemimpinmu yang mengajarkan sihir kepadamu
sekalian. Maka sesungguhnya aku akan memotong tangan dan kaki kamu sekalian
dengan bersilang secara bertimbal balik, dan sesungguhnya aku akan menyalib
kamu sekalian pada pangkal pohon kurma dan sesungguhnya kamu akan mengetahui
siapa di antara kita yang lebih pedih dan lebih kekal siksanya”. (Qs Thaha
[20]:71).
Mereka
tetap teguh dan tegar sebagaimana diabadikan oleh Allah;
قَالُوا
لَنْ نُّؤْثِرَكَ عَلَى مَا جَاءنَا مِنَ الْبَيِّنَاتِ وَالَّذِي فَطَرَنَا
فَاقْضِ مَا أَنْتَ قَاضٍ إِنَّمَا تَقْضِي هَذِهِ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا
Mereka berkata:
“Kami sekali-kali tidak akan mengutamakan kamu daripada bukti-bukti yang nyata
(mukjizat), yang telah datang kepada kami dan daripada Tuhan yang telah
menciptakan kami; maka putuskanlah apa yang hendak kamu putuskan. Sesungguhnya
kamu hanya akan dapat memutuskan pada kehidupan di dunia ini saja. (Qs Thaha
[20]:72).
Tidak
ada sesuatupun yang meneguhkan dan menegarkan mereka, kecuali karena mereka
telah merasakan lezat dan manisnya keimanan. Sehingga mereka merasakan
ketenangan batin dan ketegaran saat menghadapi ancaman, termasuk ancaman
pembunuhan sekalipun.
4. Kebahagiaan
adalah Ketenangan dalam Hati
Tiada
kebahagiaan tanpa sakinah (ketenangan) dan thuma’ninah (ketentraman). Dan tiada
ketenangan dan ketentraman tanpa iman. Allah Ta’la berfirman tentang
orang-oranf beriman:
هُوَ الَّذِيْ
أَنْزَلَ السَّكِيْنَةَ فِيْ قُلُوْبِ الْمُؤْمِنِيْنَ لِيَزْدَادُوْا إِيْمَاناً مَّعَ
إِيْمَانِهِمْ
Dialah yang telah
menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin supaya keimanan mereka
bertambah di samping keimanan mereka (yang telah ada). (Qs
Al-Fath: 4).
Keimanan
melahirkan kebahagiaan dari dua sisi (1) Iman dapat menghindarkan dan
memalingkan seseorang dari ketergelinciran ke dalam dosa yang merupakan sebab
ketidak tenangan dan kegersangan jiwa. (2) Keimanan dapat menjadi sumber utama
kebahagiaan, yakni sakinah dan thuma’ninah. Sehingga di tengah lautan masyakil (probematika) dan
krisis hidup tidak ada jalan keluar dan keselamatan selain Iman.
Oleh
karena itu orang yang tanpa iman di hatinya dipastikan akan selalu dirundung
rasa takut, was-was, kahwatir, gelisah, galau. Adapun bagi orang beriman.
Adapun bagi orang beriman tidak ada rasa takut sama sekali, selain takut kpda
Allah Ta’ala.
Hati yang
dipenuhi iman memandang remeh setiap kesuliatn yang menghimpit, kerana orang
beriman selalu menyikapi segala persoalan dengan tawakkal kepada Allah.
sedangkan hati yang kosong, tanpa iman tak ubahnya selembar daun rontok dari
dahannya yang diombang-ambingkan oleh angin.
5. Berpindah dari
kebahagiaan dunia pada kebahagiaan akhirat
Pasca
kehidupan dunia, akan memasuki kehidupan di alam kubur bakda kematian dan
selanjutnya kehidupan di negeri akhirat setelah hari kiamat. Dan jalan-jalan
kebahagiaan akan menyertai manusia dalam tiga fase kehidupan tersebut (dunia,
alam kubur,& hari akhir)
Dalam
kehidupan dunia Allah Ta’ala telah menjanjikan kebahagiaan bagi orang-orang
beriman dan beramal shaleh:
مَنْ عَمِلَ
صَالِحاً مِّنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً
وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُواْ يَعْمَلُوْنَ
Barangsiapa yang
mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman,
maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan
sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik
dari apa yang telah mereka kerjakan.(Qs An-Nahl [16]:97).
Ayat
tersebut menegaskan bahwa orang yang beriman dan beramal shaleh akan dihidupkan
di dunia dengan kehidupan yang baik; bahagia, tenang, tentram, meski hartanya
sedikit.
Adapun
kebahagiaan di alam kubur, seorang Mu’min akan dilapangkan kuburannya,
sebagaimana diterangkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam dalam hadits yang diriwayatkan oleh sahabat Abu
Hurairah radhiyallahu ‘anhu, “Sungguh, seorang Mu’min dalam kuburannnya
benar-benar berada di taman yang hijau, dilapangkan kuburannya sejauh tujuh
puluh hasta, dan disinari kuburannya seperti –terangnya- bulan di malam purnama”
(dihasankan oleh al-Albaniy).
Sedangkan
kebahagiaan di akahirat Allah berjanji akan tempatkan dalam surga dan kekal di
dalam selama-lamanya jelaskan dalam Hud ayat 108,
وَأَمَّا
الَّذِيْنَ سُعِدُواْ فَفِي الْجَنَّةِ خَالِدِيْنَ فِيْهَا مَا دَامَتِ السَّمَاوَاتُ
وَالأَرْضُ إِلاَّ مَا شَاءَ رَبُّكَ عَطَاءً غَيْرَ مَجْذُوْذٍ
“Adapun orang-orang
yang berbahagia, maka tempatnya di dalam surga, mereka kekal di dalamnya selama
ada langit dan bumi, kecuali jika Tuhanmu menghendaki (yang lain); sebagai
karunia yang tiada putus-putusnya” (Qs Hud [11]:108)
Singkatnya,
dengan iman seorang hamba dapat meraih kebahagiaan hakiki di dunia dan di akhirat.
Jadi, Islam telah datang dengan konsep dan jalan kebahagiaan yang abadi, yang
mencakup kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
Meskipun
demikian Allah telah menjadikan kebahagiaan dunia dan akhirat sebagai dua sisi
yang saling terkait dan terpisah. Sehingga keduanya tidak perlu
dipertentangkan. Sebab keduanya adalah satu. Keduanya adalah jalan yang satu.
Allah mengingatkan bahwa siapa yang menghendaki balasan dunia, maka Allah
memeiliki balasan di dunia dan akhirat;
مَّنْ
كَانَ يُرِيْدُ ثَوَابَ الدُّنْيَا فَعِنْدَ اللّهِ ثَوَابُ الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ
وَكَانَ اللّهُ سَمِيْعاً بَصِيْراً
Barangsiapa yang
menghendaki pahala di dunia saja (maka ia merugi), karena di sisi Allah ada
pahala dunia dan akhirat.(Qs An-Nisa [4]: 134).
Namun
bagi seorang Muslim yang beriman bahwa kebahagiaan yang ada disisi Allah jauh
lebih baik dan kekal abadi. (sym)
Langganan:
Postingan (Atom)