Sabtu, 17 Agustus 2019

Buku: DZIKIR DAN DO’A BERDASARKAN SYARI’AT ISLAM


DZIKIR DAN DO’A
BERDASARKAN SYARI’AT ISLAM

Pengertian Dzikir dan Do’a

Dzikir atau dzikrun ( ذِكْرٌ ) adalah kata dasar dari dzakara ( ) yadzkuru ( ذَكَرَ ) dzikrun (ذِكْرٌ ) artinya mengingat, menyebut, memuji, mensyukuri, memberitahukan, menjaga. Kata perintahnya udzkur (اُذْكُرْ) artinya ingatlah, sebutlah, syukurilah, beritahukanlah dan jagalah.

Dzikir menurut istilah syara' (istilah hukum syari'at Islam) adalah: menyebut Allah dengan lisan/ucapan, mengingat Allah dengan qalbu (hati atau pikiran), menggerakkan anggota badan: untuk melakukan suatu perintah Allah atau yang disenangi Allah dan menghindar dari larangan Allah.
Sedangkan do'a ( دُعَاءُ) menurut bahasa merupakan kata dasar dari da'aa ( دَعَا ) yad'uu ( يَدْعُوْ ), artinya: memanggil, menyeru, memerlukan, beribadah, mengajak, menganjurkan, meratapi, mengharap, meminta kebaikan, mengundang.

Do'a menurut istilah syara' adalah harapan hamba kepada Allah yang berisi permohonan agar diberikan hal-hal yang bermanfaat bagi dirinya maupun orang lain dan mohon dihindarkan dari hal-hal yang mudlarat, dengan cara tertentu, pada waktu dan tempat tertentu yang disesuaikan dengan masing-masing permohonannya.

Persamaan dan Perbedaan Dzikir dengan Do’a

Persamaannya: Do'a juga bisa berupa dzikir, sebagaimana Hadits Ummu Sulaim yang diriwayatkan An-Nasa'y, Ahmad dan Tirmidzy. Dia meminta agar Rasulullah mengajarkan do'a kepadanya. Maka Rasulullah SAW menganjurkan agar dia bertasbih, bertahmid dan bertakbir, masing-masing sepuluh kali (10X) tanpa mengajarkan jenis do'a tertentu kepadanya. Contoh lain surat Al Fatihah lazim disebut dzikir, padahal didalamnya terkandung permohonan yang sangat luas. Begitu pula lafadh-lafadh dalam shalat, jika disebutkan kata dzikir itu bisa berarti do'a. Ucapan salam disebut dzikir, namun didalamnya terkandung do'a keselamatan dan kesejahteraan.

Perbedaannya: secara situasi dzikir belum tentu berdo'a misalnya seseorang ingat akan dosa-dosa yang telah diperbuatnya, namun enggan berdo'a mohon ampun kepada Allah tetapi ketika ia berdo'a saat itu ia ingat kepada Allah.

Jenis-jenis Dzikir dan Sifatnya

Ada beberapa jenis dzikir:

1.   Dzikir dengan menyebut/ mengucapkan asma dan sifat-sifat Allah, memuji dan mensucikan-Nya dari hal-hal yang tidak sesuai bagi-Nya, dengan mengucapkan lafadh-lafadh yang sudah ditetapkan Allah bagi diri-Nya, atau seperti yang dikabarkan Rasulullah SAW yang paling baik (utama) ialah yang mengucapkan lafadh Al-Asma-ul Husna sebanyak 99 sifat Allah yang mulia atau dengan cara mengucapkan tsana (pujian), tasbih (pensucian), tahmid (pengagungan) dan tahlil (peng-Esaan).

Kata Al-Hafidh dalam kitabnya Fathul Bari: dzikir itu ialah segala lafadh (ucapan) yang disukai kita banyak membacanya untuk mengingat dan mengenang Allah, seperti lafadh-lafadh Al-Baqiyatush-sholihatu:
سُبْحَانَ اللهِ وَاْلحَمْدُ لِلهِ وَلاَ اِلٰهَ اِلَّا اللهُ واللهُ اَكْبَرُ
2.   Dzikir dengan membaca kitab Allah, surat manapun, ayat manapun dari Al Qur-an, meskipun memang ada hadits­hadits yang menyebutkan fadlilah (keutamaan) surat atau ayat tertentu dari Al Qur-an, tidak boleh membatasi tilawah (bacaan) hanya pada surat Yaasiin umpamanya. Sementara surat dan ayat-ayat lain diabaikan. Seperti kebanyakan orang awam menganggap hanya surat Yaasiin sajalah yang memiliki fadlilah sehingga untuk upacara atau majelis dzikir bacaan wajibnya adalah Yaasiin, padahal tidak demikian itu.

3.   Dzikir kepada Allah dengan mengingat hukum-hukum­Nya, apa yang dicintai dan apa yang dibenci-Nya, atau mengingat Allah ketika mendengar larangan-Nya lalu mejahuinya, mengingat Allah ketika mendengar hukum­hukum-Nya lalu melaksanakannya.

4.   Dzikir dengan mengingat dan memperhatikan karunia Allah, ni'mat dari-Nya, kebaikan dan keutamaan-­keutamaan yang dilimpahkan oleh-Nya yang tidak terhingga banyaknya kepada semua makhluq-Nya.

Disamping itu, jika kita tilik dari segi bilangan, tempat dan waktunya dari berbagai macam dzikir yang diajarkan Nabi Muhammad SAW kepada umatnya atau beliau amalkan maka dzikir-dzikir itu dapat dibagi menjadi tiga macam:
a.   Bilangan dzikir, waktu dan tempatnya sudah ditentukan
b.   Terikat dengan salah satu ketentuan-ketentuan di atas, sehingga ketentuan diatas wajib kita kerjakan sebagaimana yang telah ditentukan Nabi SAW, kita tidak boleh menambah atau mengurangi bilangan atau mengerjakannya diluar waktunya atau bukan pada tempatnya.
c.   Tidak ditentukan sebagaimana a dan b

Berikut nanti akan diberikan contoh jenis jenis dzikir sebagaimana maksud diatas.

Dzikir dan Do’a adalah Ibadah

Dzikir dan do'a adalah amalan ibadah, oleh karena itu harus dilakukan berdasarkan petunjuk Allah SWT dan tuntunan Rasulullah SAW terutama sekali lafadh-lafadh dzikir dan do'a yang ditentukan dalam Al Qur’an maupun dalam hadits yang  shahih. Tidak boleh membuat lafadh-lafadh sendiri atau menambah-nambah sendiri dari asalnya. Bukankah Al Qur’an itu telah sempurna, maka dengan menambahnya berarti menganggap Al Qur-an itu kurang sempurna.

Bukankah Nabi Muhammad SAW sebagai Rasul Allah adalah manusia pilihan Allah, manusia yang paling sempurna. Mengapa kita manusia tidak sempurna bukan nabi begitu berani membuat sendiri lafadh-lafadh sebagai amalan dzikir atau mengubah ayat-ayat Al Qur-an dalam berdo'a. Misalnya dalam berdo'a :

Robbi auzi'nii an asykuro ni'matakallatii an'amta `alayya wa `alaa waalidayya wa an a'mala shoolihan tardloohu wa adkhilnii birohmatika fii `ibadikash-sharolihiin lalu diganti : Robbanaa auzi'naa an nasykuro ni'matakallatii an'amta `alainaa wa `alaa waalidiinaa wa an na'mala shoolihan tardloohu wa adkhilnaa birohmatika fii `ibadikash-shoolihiin, dengan maksud disesuaikan dengan keadaan orang banyak yang berdo'a, maka kata ganti "aku" diganti dengan "kami atau kita".

Upaya menambah atau merubah lafadh-lafadh yang telah ada didalam Al Qur-an ataupun lafadh-lafadh dzikir atau do'a yang telah diajarkan Nabi SAW dilarang oleh Nabi Muhammad, termasuk perbuatan bid'ah dalam urusan agama (ibadah mahdhoh). Demikian juga cara beribadah yang tidak sesuai dengan syari'at Islam termasuk bid'ah. Sedangkan setiap bid'ah adalah sesat, dan setiap kesesatan itu di dalam neraka, hal ini selalu disabdakan oleh Nabi Muhammad setiap beliau berkhutbah yang redaksinya sebagai berikut :
عَنْ جَابِرٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ:كاَنَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اِذَا خَطَبَ اَخْمَرَتْ عَيْنَاهُ وَعَلَا صَوْتَهُ وَاشْتَدَّ غَضَبَهُ كَاَنَّهُ مُنْذِرُ جَيْشٍ يَقُوْلُ : صَبَّحَكُمْ وَ مَسَاكُمْ يَقُوْلُ: بُعِثُ اَنَا وَالسَّاعَةُ كَهَاتَيْنِ وَيَفْرِنُ بَيْنَ اُصْبُعَيْهِ السَّبَا بَةِ وَاْلوُسْطٰى وَيَقُوْلُ: اَمَّا بَعْدُ فَاِءنَّ خَيْرَ الْحَدِيْتِ كِتَابُ اللهِ وَخَيْرَ هَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَشَرَّاْلاُمُوْرِ مُحْدَثَا تُهَا وَكُلُّ بِدْ عَةٍ ضَلاَ لَةٌ   (رواه مسلم )
Artinya : "Dari Jabir ra berkata : Rasulullah SAW beliau berkhutbah kedua matanya merah. Keras/lantang suaranya dan kelihatan sangat marah sehingga seolah-olah beliau panglima yang kejam, seraya bersabda : Bersiap-siaplah kamu sekalian baik pada waktu pagi maupun pada waktu sore". (serta bersabda pula) : "Aku diutus pada saat-saat dekat dengan hari kiamat bagaikan dekatnya dua jari-jari ini". (beliau menghimpitkan jari telunjuknya dengan jari tengah. Beliau lantas bersabda) : "Adapun sesudah itu, maka ketahuilah bahwa sebaik-baik keterangan adalah kitab Allah, sebaik­-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad SAW, dan sejahat-jahat perkara adalah hal-hal yang baru (diada-adakan). Serta setiap bid'ah adalah sesat". (HR Muslim). (Terjemahan Riadhush­ Sahoolihin Jilid 1 halaman 175).

Dalam kitab Al-Ibdaa Fii Kamaalisy-Syar'i Wa Khothoril Ibtida' tulisan syaikh Muhammad bin Sholih Al-Utsaimin terdapat hadits sabda Rasulullah SAW :
اِيَّا كُمْ وَمُحْدَثَاِت اْلاُمُوْرِ  فَاِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلُّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وُكُلُّ ضَلاَ لَةٍ فِى النَّارِ
Artinya : "Jauhilah perkara-perkara baru, karena setiap perkara baru adalah bid'ah dan setiap bid'ah adalah kesesatan dan setiap kesesatan masuk kedalam neraka ".

Hadits " Aisyah ra beliau berkata :
عَنْ عَاءِشَةَ رَضِىَ اللهُ عَنْهَا قَالَتْ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : مَنْ اَحْدَثَ فِيْ اَمْرِنَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ (متفق عليه ) وَفِيْ رِوَيَةٍ لِمُسْلِمٍ : مِنْ عِمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ اَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ           
Rasulullah SAW bersabda : Barangsiapa yang mengada-ada dalam urusan agama kami ini yang tidak ada dasar dari padanya maka itu tertolak (Mutafaqu `alaihi). Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Muslim dikatakan Barangsiapa yang mengamalkan sesuatu amalan yang tidak ada dasarnya dari ajaran kami maka tertolaklah amalan itu.”

Allah sendiri berfirman dalam Surat Ali Imron ayat : 31
قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّوْنَ اللهَ فَاتَّبِعُوْنِيْ يُحْبِبْكُمُ اللهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَاللهُ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ                                                         
Artinya : "Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-­dosamu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang ".

Kesimpulannya bahwa dalam melakukan dzikir dan do'a harus mengikuti tuntunan Rasulullah SAW, dan tidak boleh membuat dzikir dan do'a sendiri yang disusun sendiri dengan bahasa Arab. Seolah-olah tuntunan Rasulullah SAW, tidak sempurna dan merasa-dirinya lebih pandai dari Nabi Muhammad SAW. Caranya harus sesuai dengan petunjuk Rasulullah. Apabila kita mengikuti tuntunan Rasulullah berarti mencintai Allah. Sedangkan dzikir dan do'a kita itu ditujukan kepada Allah SWT bukan kepada selain-Nya.

Hukum Berdzikir dan Berdo’a

Menurut Syari-at Islam berdzikir dan berdo'a bagi setiap hamba Allah yang beriman merupakan suatu ibadah yang diperintahkan. Allah memerintahkan kepada orang-orang yang beriman untuk memperbanyak berdzikir sebagaimana Firman-Nya dalam Al Qur-an Surat Al-­Ahzab ayat 41-42
يَآ أَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اذْكُرُوْا اللهَ ذِكْراً كَثِيْراً ﴿٤١﴾ وَسَبِّحُوْهُ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً ﴿٤٢﴾                                                                          
Artinya : "Hai orang-orang yang beriman, berdzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya diwaktu pagi dan petang".

Rasulullah SAW adalah panutan dan teladan yang baik bagi umatnya (Ummat Islam) dalam pengamalan `ubudiyah, beliau hampir seluruh waktunya digunakan untuk berdzikir, sebagaimana Siti Aisyah istri beliau mengatakan dalam haditsnya :
كاَنَ النَّبِىَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَذْكُرُ اللهَ عَلٰى كُلِّ اَحْيَانٍ
Artinya: "Adalah Nabi SAW berdzikir kepada Allah pada setiap waktunya". (H.R. Bukhori, Muslim, Tirmidzi, Abu Daud, Ibnu Maja dan Ahmad).

Allah melarang hamba-hamba-Nya yang beriman melalaikan dzikir kepada Allah sebagaimana firman-Nya dalam Surat Al Munafiquun ayat 9 :
يَآ أَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا لَا تُلْهِكُمْ أَمْوَالُكُمْ وَلَا أَوْلَادُكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللهِ وَمَنْ يَفْعَلْ ذٰلِكَ فَأُوْلٓئِكَ هُمُ الْخَاسِرُوْنَ ﴿٩﴾                         
Artinya : "Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-­anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. barangsiapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang merugi”.
Kedudukan Do’a

Kedudukan do'a dalam syari'at Islam adalah suatu rangka dari Iman dan Islam. Do'a itu adalah ibadah sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW dalam hadits Sunan At-Tirmidzi, dalam Sunan Abu Daud, dalam Sunan Ibnu Maja, juga hadits Ahmad :
اَلدُّعَاءُ هُوَاْلعِبَادَةُ وَقَرَأَ وَقَالَ رَبُّكُمْ اُدْعُوْنِيْ اَسْتَجِبْ لَكُمْ
Artinya : Do'a adalah ibadah, lalu beliau membaca ayat : Dan Tuhan kalian berfirman : "Berdo'alah kepada-Ku niscaya Ku kabulkan bagi kalian". (Al Mu'minuun : 60)

Allah berfirman dalam surat Al Baqoroh ayat : 186
وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِيْ عَنِّيْ فَإِنِّيْ قَرِيْبٌ أُجِيْبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيْبُواْ لِيْ وَلْيُؤْمِنُواْ بِيْ لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُوْنَ ﴿١٨٦                    
Artinya : "Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang aku, Maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah­Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran". (Al Baqoroh ayat : 186)

Dalam firman Allah tersebut diatas dinyatakan bahwa Allah itu dekat dengan hamba-hamba-Nya yang sedang berdo'a maka tak perlu berdo'a melalui perantara (minta dido'akan oleh orang lain, sedang ia sendiri tidak langsung menyampaikan do'anya  kepada Allah). Do'anya akan dikabulkan setelah sihamba itu sendiri memenuhi perintah-perintah Allah dan menjauhi larangan-larangan-Nya, dan mengikuti adab-adab­Nya. Dalam hal kaitannya dengan firman Allah tersebut, Nabi Muhammad SAW bersabda :
إِنَّ اللهَ حَيِيٌ كَرِيْمٌ يَسْتَحْيِيْ اِذَا رَفَعَ الرَّجُلُ اِلَيْهِ يَدَيْهِ اَنْ يَرُدَّ هُمَا صَفْرًا خَاءِبَتَيْنِ                                              
Artinya : "Sesungguhnya Allah Maha Malu Lagi Maha Mulia. Dia malu terhadap hamba-Nya jika si-hamba menengadahkan kedua tangannya lalu Tuhan mengembalikannya dalam keadaan nihil".
Hadits ini dinyatakan shohih oleh Al Albani dalam Shohih At-­Tirmidzi, dalam Shohih Sunan Abu Daud dan dalam Sunan Ibnu Majah:

Do’a Dapat Merubah Taqdir yang Ditetapkan oleh Allah

Sebenarnya Allah sudah menetapkan taqdir bagi segala sesuatu, bagi setiap orang, apakah kelak menjadi orang bahagia atau sengsara. Ketetapan itu tak mungkin lagi diubah kecuali dengan do'a, Nabi Muhammad SAW bersabda. :
لَايَرُدُّالْقَدْرَ اِلَّاالدُّعَاءُ
Artinya : "Tidak ada yang dapat menolak taqdir kecuali do'a".
Hadits tersebut dinilai hasan oleh Al Albani dalam Shohih Sunan Ibnu Majah dan Shohih At-Targhib wa Ta-Tarhib.

Keutamaan Dzikir dan Do’a
Dzikir adalah amalan yang mudah dan ringan, namun amat banyak keutamaan dan keuntungannya yang diraih oleh hamba yang berdzikir. Dzikir, dapat dilakukan kapan saja dan dimanapun. Sebaliknya, kehampaan dan kerugian akan menimpanya jika ia tidak mau berdzikir dan berdo'a. Diantara keutamaan dan keuntungan bagi oang yang suka berdzikir dan berdo' a sebagai berikut :

1.      Mendapat perhatian Allah. Allah akan selalu ingat pula kepada orang yang berdzikir sehingga ia mudah bersyukur kepada Allah, sebagaimana dalam surat Al-Baqarah ayat 152
فَاذْكُرُوْنِيْ أَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُواْ لِيْ وَلاَ تَكْفُرُوْنِ ﴿١٥٢
Artinya : "Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku".

Sebaliknya orang yang melalaikan Allah, maka Allah pun melalaikannnya dan membuatnya lalai pada dirinya sendiri karena kefasikannya, karena merasa tak ada pengawasan Allah terhadap dirinya, maka iapun tak memperhatikan lagi perintah-perintah Allah dan larangan-larangan-Nya, sehingga suka berbuat dosa.

2.      Disediakan ampunan dan pahala besar, Allah berfirman dalam surat Al Ahzab : 35
وَالذَّاكِرِيْنَ اللّٰهَ كَثِيْراً وَالذَّاكِرَاتِ أَعَدَّ اللّٰهُ لَهُمْ مَّغْفِرَةً وَأَجْراً عَظِيْماً ﴿٣٥                                        

Artinya : ".... laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah Telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar”.

3.   Membuat pelaku dzikir tampak gairah hidupnya, Rasulullah SAW bersabda :
      مَثَلُ الَّذِىْ يَذْكُرُ رَبَّهُ وَالَّذِىْ لَايَذْكُرُ رَبَّهُ مَثَلُ الْحَيِّ وَالْمَيِّتِ (رواه البخارى و مسلم)                                                       
Artinya : "Perumpamaan orang yang berdzikir kepada Tuhannya dengan orang yang tidak berdzikir kepada Tuhannya ibarat orang hidup dengan orang yang mati". (H.R. Bukhori dan Muslim)

Ibnu Taimiyah berkata : "Dzikir bagi hati ibarat air bagi ikan, bayangkan bagaimana keadaan ikan jika berpisah dari air”

3.      Berdzikir mencerdaskan akal. Firman Allah dalam surat Ali Imron ayat 190 - 191:
إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ وَاخْتِلاَفِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لاٰيَاتٍ لِّأُوْلِي الألْبَابِ ﴿١٩٠ الَّذِيْنَ يَذْكُرُوْنَ اللّٰهَ قِيَاماً وَقُعُوْداً وَعَلٰى جُنُوْبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُوْنَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هٰذَا بَاطِلاً سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ ﴿١٩١          
Artinya : "Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, Maka peliharalah kami dari siksa neraka".

Orang yang menggunakan akalnya pasti tertantang untuk selalu memikirkan begitu besar dan luar biasa kekuasaan Sang Pencipta Allah Robbul `alamiin menciptakan alam semesta. Orang yang beriman dan menggunakan akalnya pasti berfikir bagaimana langit bagaikan atap bumi tanpa tiang, siang hari matahari bersinar terang membuat bumi dan segala isinya bangun dari tidurnya, dimalam hari muncul berjuta bintang di langit biru. Juga tampak bulan dari bentuk bulan sabit sampai bentuk bulan di tengahan bulan tanggal (14, 15, 16), kemudian kembali semakin kecil sampai tak tampak lagi, kemudian terlihat bulan berbentuk sabit lagi begitu terus menerus berjalan seperti itu setiap bulannya sepanjang masa. Timbul pertanyaan, berapa juta orbit (jalan) yang dilalui pleh berjuta planet di langit, tentu takkan menemukannya.

Kemudian berfikir dan bertanya tentang penciptaan bumi dengan lima benuanya dan beratus ribu pulau-pulau kecil yang mengelilinginya, serta isi bumi itu sendiri yang tak terhitung banyak dan jenisnya. Bumipun bagaikan kapal berlayar siang malam, anehnya kita tak merasakan geraknya, mandek tak berubah. Berarti semua planet termasuk bumi kita masing-masing berjalan menuruti garis edarnya terus­-menerus tanpa pernah terjadi tabrakan.

Orang yang berakal sehat tentu tak akan diam berfikir kecuali sedang tidur atau mati, betapa hebatnya dan luasnya bumi dan langit dengan segala isinya yang terkandung di dalamnya. Itulah keadaan manusia yang menggunakan akalnya, menggunakan kecerdasan intelektualnya dalam menangkap tanda-tanda alam, begitu teratur, tertib dan pasti dan masing-masing memberikan daya guna dan hasil guna bagi kehidupan naanusia. Maka mau tak mau manusia yang akal sehatnya berkesimpulam : "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka pelilharalah kami dari siksa neraka".

Jadi orang yang menggunakan akalnya pasti tertantang untuk selalu memikirkan begitu besar dan luar biasa kekuatan Sang Pencipta Allah Robbul `alamiin menciptakan alam semesta.

Bagi orang tidak mau berdzikir dan berfikir sebagaimana gambaran diatas berarti melumpuhkan akal sehatnya, sehingga dikatakan oleh Nabi Muhammad SAW itulah orang mati dalam hidupnya, berbeda dengan orang yang suka berdzikir dan berfikir dia tampak hidup lebih tegar dengan spirit yang tinggi, bercahaya, merasakan kelapangan tidak merasa sempit dalam menjalani hidup ini, dan diakhirat kelak hidup bahagia. Sedangkan orang yang tidak mau berdzikir dan berfikir terhadap Sang Maha Pencipta yang telah menciptakan alam raya ini, pasti hampa rasa, hampa fikir akibat tak digunakan akal pikir dan hati nuraninya, buta rasa, buta hati, buta pikirannya.

Hal ini telah ditegaskan oleh Allah dalam surat Thoha : 124
     وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِيْ فَإِنَّ لَهُ مَعِيْشَةً ضَنْكاً وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمٰى ﴿١٢٤                                            
Artinya : "Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, Mpka Sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta".

5.   Allah melimpahkan rahmat-Nya, Malaikatpun memohonkan rahmat dan ampunan Allah untuk orang yang berdzikir. Firman Allah Surat Al Ahzab ayat : 41- 43
يَآ أَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اذْكُرُوْا اللّٰهَ ذِكْراً كَثِيْراً ﴿٤١ وَسَبِّحُوْهُ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً ﴿٤٢ هُوَ الَّذِيْ يُصَلِّي عَلَيْكُمْ وَمَلَآئِكَتُهُ لِيُخْرِجَكُمْ مِّنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّوْرِ وَكَانَ بِالْمُؤْمِنِيْنَ رَحِيْماً ﴿٤٣                                                           
Artinya : "Hai orang-orang yang beriman, berdzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya diwaktu pagi dan petang Dialah yang memberi rahmat kepadamu dan malaikat-Nya (memohonkan ampunan untukmu), supaya dia mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada cahaya (yang terang). dan adalah dia Maha Penyayang kepada orang-orang yang beriman".

Allah bersholawat kepada hamba-Nya artinya melimpahkan rahmat dan barokah-Nya kepada hamba-Nya yang berdzikir. Sedangkan malaikat bershalawat, artinya malaikat mendo'akan dan memohonkan ampunan kepada Allah. (Tafsir Ibnu Katsir dan Tafsir Al-Qurtthuby).

6.   Sholat adalah amalan dzikir paling utama dan suci, paling tinggi derajatnya dari amal lain yang utama disisi Allah. Firman Allah Surat Al Ankabut ayat : 45
اُتْلُ مَآ أُوْحِيَ إِلَيْكَ مِنَ الْكِتَابِ وَأَقِمِ الصَّلَاةَ إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهٰى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنْكَرِ وَلَذِكْرُ اللّٰهِ أَكْبَرُ وَاللّٰهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُوْنَ ﴿٤٥                                                  
Artinya : "Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan Dirikanlah shalat Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar, dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan".

Rasulullah bersabda (artinya) : "Ketahuilah bagaimana jika kuberitahukan kapada kalian tentang amal-amal kalian yang paling baik, paling suci disisi raja kalian (Allah), paling tinggi dalam derajat kalian, lebih baik bagi kalian daripada mensedekahkan emas dan perak, lebih baik bagi kalian daripada kalian berhadapan dengan musuh kalian, lalu kalian menebas leher mereka dan merekapun menebas leher kalian. Mereka (para sahabat) berkata : "Baik wahai Rasulullah". Beliau bersabda : "Dzikir kepada Allah `Azza wa jalla". (HR. Ahmad, Ibnu Majah dan Al Hakim, Syekh Al Albany menshohihkan hadits ini).

Ibadah shalat merupakan dzikir paling besar keutamaannya, di dalamnya terdapat tiga unsur dzikir : Dzikir lisan (bacaan-bacaannya), dzikir hati/piker (memahami dengan baik makna bacaan-bacaannya), dzikir anggota badan (gerakan-gerakan shalat). Dalam hadits juga dinyatakan bahwa amal yang baik, paling pertama dihisab besok dihari hisab adalah shalat. Jika shalatnya baik, maka seluruh amal yang lain baik, jika shalatnya buruk, maka amal yang lainpun buruk.

7. Dzikir menyelamatkan dari siksa Allah
Sabda Nabi Muhammda SAW:
مَا عَمِلَ اٰدَمِيُ عَمَلَ قَطٍّ اَنْجٰى لَهُ مِنْ عَذَابِ اللهِ مِنْ ذِكْرِ اللهِ
Artinya : "Tidaklah sekali-kali seseorang anak Adam melakukan suatu amal yang lebih dapat menyelamatkan dari siksa Allah selain dari dzikir kepada Allah". (Subulus Salam). Hadits ini dari Muadz bi Jabal dengan isnad hasan. Hadits ini pula diriwayatkan oleh Ath-Thabrony dalam As-Shoghir dan Al Ausath semua perowinya adalah shahih.

8.   Berdzikir mendatangkan ketenangan jiwa dan ketentraman hati.
Firman Allah dalam Surat Az Zumar ayat : 23
اَللّٰهُ نَزَّلَ أَحْسَنَ الْحَدِيْثِ كِتَاباً مُّتَشَابِهاً مَّثَانِيَ تَقْشَعِرُّ مِنْهُ جُلُوْدُ الَّذِيْنَ يَخْشَوْنَ رَبَّهُمْ ثُمَّ تَلِيْنُ جُلُوْدُهُمْ وَقُلُوْبُهُمْ إِلَى ذِكْرِ اللّٰهِ ذٰلِكَ هُدَى اللّٰهِ يَهْدِيْ بِهِ مَنْ يَشَآءُ وَمَنْ يُضْلِلْ اللّٰهُ فَمَا لَهُ مِنْ هَادٍ ﴿٢٣                                                  
Artinya : "Allah Telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Al Quran yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-­ulang, gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, Kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah itulah petunjuk Allah, dengan Kitab itu dia menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya. dan barangsiapa yang disesatkan Allah, niscaya tak ada baginya seorang pemimpinpun".

Firman Allah yang lain dalam Surat Ar Ro'du ayat : 28
الَّذِيْنَ اٰمَنُواْ وَتَطْمَئِنُّ قُلُوْبُهُمْ بِذِكْرِ اللّٰهِ أَلاَ بِذِكْرِ اللّٰهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوْبُ ﴿٢٨                                                      
Artinya : "(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram".

9.   Dzikrullah menjadi cahaya bagi pelakunya dimanapun
Bahwa cahaya itu menerangi hati dan dirinya saat hidup didunia, saat membujur tak berdaya diliang kubur, saat pada hari berbangkit dan saat pada melewati shirath di akhirat kelak. Firman Allah dalam Surat Al An'am ayat : 122
     أَوَ مَنْ كَانَ مَيْتاً فَأَحْيَيْنَاهُ وَجَعَلْنَا لَهُ نُوْراً يَمْشِيْ بِهِ فِي النَّاسِ كَمَنْ مَّثَلُهُ فِي الظُّلُمَاتِ لَيْسَ بِخَارِجٍ مِّنْهَا كَذٰلِكَ زُيِّنَ لِلْكَافِرِيْنَ مَا كَانُواْ يَعْمَلُوْنَ ﴿١٢٢                               
Artinya : "Dan apakah orang yang sudah mati kemudian dia kami hidupkan dan kami berikan kepadanya cahaya yang terang, yang dengan cahaya itu dia dapat berjalan di tengah-tengah masyarakat manusia, serupa dengan orang yang keadaannya berada dalam gelap gulita yang sekali-kali tidak dapat keluar dari padanya".

10. Memperbanyak dzikir disegala keadaan dapat melepaskan dari segala sesuatu bencana dunia-akhirat.
Nabi Muhammda SAW menyatakan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam At Thobarony :
      اَكْثِرُوْا ذِكْرَاللهِ عَلٰى كُلِّ حَالٍ فَاِنَّهُ لَيْسَ عَمَلُ اَحَبَّ اِلَى اللهِ تَعَالٰى وَلَا اَنْجٰى لِلْعَبْدِ مِنْ كُلِّ شَيْءٍ فِى الدُّنْيَا وَاْلآخِرَةِ مِنْ ذِكْرِاللهِ تَعَالٰى                                                                     
Artinya : "Perbanyaklah kalian menyebut nama Allah disegala keadaanmu, karena tak ada sesuatu amal yang lebih disukai Allah, dan tak ada yang melepaskan hamba dari segala sesuatu (bencana) di dunia dan di akhtrat selain menyebut nama Allah".

Dalam hadits qudsy yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori dan imam Muslim Allah SWT berfirman :
      يَقُوْلُ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ اَنَاعِنْدَ ظَنِّ عَبْدِىْ بِىْ وَاَنَا مَعَهُ حَيْثُ يَذْكُرُنِىْ                                                                             
Artinya : "Aku menurut keyakinan hambaKu kepadaKu, dan Aku bersertanya dimana ia mengingat Ku ".

11. Majelis-majelis dzikir bagaikan Taman Surga seperti Sabda Nabi Muhammad SAW dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam At Tirmidzi :
      اِذَا مَرَرْ تُمْ بِرِيَاضِ الْجَنَّةِ فَارْ تَعُوْا قَالُوْا يَارَسُوْلُ اللهِ وَمَا رِيَاضُ الْجَنَّةِ قَالَ : حَلِقُ الذِّكْرِ                                                          
Artinya : "Apabila kamu melalui kebun surga ikutilah didalamnya (berhenti disitu). Para sahabat bertanya : "Manakah gerangan kebun-kebun surga itu wahai Rasulullah ?". Nabi Barsabda : "Itulah dia majelis-majelis dzikir".

12. Beberapa lafadz dzikir yang mengandung fadillah lebih ketika kita amalkan dengan khidmat dan memahami maknanya.
Keutamaan tahlil: Nabi bersabda dalam hadits riwayat Ibnu Majah:
اَفْضَلُ الذِّكْرِ :لَا اِلٰهَ اِلَّا اللهُ وَاَفْضَلُ الدُّعَاءِ اَلْحَمْدُ لِلهِ
Artinya : "Seutama-utama dzikir ialah : Laa illaha illalloh dan seutama-utama do'a adalah Alhamdulillah" (Surat Al Fatihah).

Dalam hadits Bukhori dan Muslim, Nabi bersabda : "Barangsiapa membaca : "Laa ilaaha illallohu wahdahu laa syariikalah, lahul mulku wa lahul hamdu wahuwa `alaa kulli syai-in qodiir", dalam sehari 100 kali sama dengan memerdekakan 10 orang budak dan ditulis baginya 100 kebajikan, serta dihapuskan daripadanya 100 kejahatan. Juga ucapannya itu sebagai benteng bagi dirinya dari setan sepanjang hari dan dipandanglah ia sebagai orang yang utama, tidak ada yang melebihinya kecuali orang yang beramal lebih banyak dari itu". Dalam hadits riwayat Bukhori dan Muslim juga Nabi bersabda : “Dua kalimat, ringan diucapkan tetapi berat dalam timbangan dan sangat disukai oleh Tuhan Yang Maha Rahman, kedua kalimat itu ialah : Subhaanalloh wabihamdihi, subhaanallohil `adziim".

Dalam hadits riwayat Muslim, Nabi SAW bersabda : "Ucapan disukai Allah empat macam, yaitu ; Subhaanalloh,  walhamdulillah, wa laa ilaaha illalloh wallohu akbar. Engkau boleh memulai dengan yang engkau-suka".

Dalam riyaadlush-sholihiin, Bukhori Muslim meriwayatkan hadits dari Musa Al Asy'ari, dia berkata: "Pada suatu ketika Nabi mendaki sebuah bukit. Dikala seorang laki-laki sampai kepuncaknya, berserulah dia sekeras-kerasnya: Laa ilaaha illalloh walloohu akbar".

Mendengar itu Nabi bersabda: "Sebenarnya kamu tidak menyeru orang yang jauh (menyeru Allah) dari kamu. Lalu Nabi bersabda: "Apakah tidak lebih baik saya tunjukan kepadamu suatu kalimat dari perbendaharaan surga". Abu Musa menjawab : "Benar ya Rasulullah". Maka Nabi bersabda : "Kalimat itu ialah Laa haula walaa quwwatailla billaah. Ibnu Abbas menerangkan, bahwa Nabi Muhammad SAW ketika menghadapi musuh yang berkekuatan besar dan dengan pelengkapan cukup beliau mengucapkan dzikir: "Hasbunallohu wa ni'mal wakiil", artinya : "Cukuplah bagi kami, Allah lah sebaik-baik penjaga segala keselamatan dan kemanfaatan".

Meskipun pasukan Rasulullah lebih sedikit, maka Allah memenangkan pasukan Nabi dalam peperangan itu karena dzikir tersebut. Dalam Al Qur-an Surat Ali Imraan ayat 173 diterangkan, bahwa Nabi Ibrahiim mengucapkan dzikir ini ketika beliau dicampakkan oleh raja Namrud ke dalam api yang sedang menyala-nyala.

Dengan pertolongan Allah dan Kekuasaan-Nya, maka api itu diperintahkan dingin, maka dinginlah api itu dan Ibrahim selamat dari bakaran api.

Tuntunan Teknis dalam Berdzikir dan Do'a
Sebelum melakukan dzikir dan do'a hendaklah kita terlebih dahulu memahami benar lafadh-lafadh dzikir dan do'a baik bacaannya maupun maknanya serta teknis pelaksanaanya.

Para ulama telah menegaskan, bahwa memahami makna dzikir dan do' a yang diucapkan dituntut benar atas orang-orang yang berdzikir atau berdo'a dengan demikian hati, pikiran dan lisan menyertai dzikir dan do'anya. Berikut ini teknis pelaksanaan dan adab-adab berdzikir:

1. Berniat secara ikhlas, berdzikir dengan penuh harapan memperoleh ridla Allah dengan memurnikan Ibadah kepada-Nya. Demikian juga ketika berdo'a dengan ikhlas dipanjatkan kepada Allah semata, tidak boleh kepada selain-Nya, misalnya kepada seseorang yang dianggap punya karomah, bahkan kepada Nabi sekalipun, tidak boleh pula menggunakannya sebagai sarana atau wasilah. Misalnya dengan sarana kembang, kemenyan, bebatuan atau akik, keris, atau jenis makhluk apapun. Sebab perbuatan itu merupakan syirik, dan syirik itu termasuk dosa terbesar yang tidak akan diampuni oleh Allah SWT, firman Allah dalam Al Qur-an Surat An Nisaa : 48
      إِنَّ اللّٰهَ لاَ يَغْفِرُ أَن يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُوْنَ ذٰلِكَ لِمَنْ يَشَآءُ وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللّٰهِ فَقَدِ افْتَرٰى إِثْماً عَظِيْماً ﴿٤٨
Artinya : "Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik dan dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar".

2.   Menggunakan lafadh-lafadh dzakir atau do'a yang telah ditetapkan oleh Allah dalam Al Qur-an dan yang telah dituntunkan oleh Nabi SAW. Dalam sunnah yang shaheh setidaknya hadits yang hasan, tidak boleh berdzikir dengan lafadh-lafadh buatan manusia siapapun orangnya apapun kedudukannya. Sebab dzikir ataupun do'a sebagai ibadah dan prinsip dalam ibadah itu adalah "ibadah tidak boleh dikerjakan kecuali menurut ketetapan Allah dan Rasulullah" Dzikir dan do'a yang berasal dari Al Qur-an dan Sunah Nabi pasti benarnya dan lebih dari cukup dan mempunyai daya cukup menyeluruh bagi keperluan hidup manusia.
Dzikir dan do'a yang telah ditetapkan oleh Allah dan Rasul­Nya, harus dibaca seperti adanya, tidak boleh ditambah atau dikurangi ataupun dirubah. Kalau kita berbuat menambah, mengurangi atau merubahnya, berarti kita merasa tidak sempurna atau tidak puas atas dzikir dan do'a yang telah ditetapkan oleh Allah dan Rasul-Nya atau merasa lebih alim dari pada Allah dan Rasul-Nya. Maukah kita dinilai seperti itu, tentulah tidak mau karena kita sebagai hamba Allah yang kerdil dan serba dalam keterbatasan, penuh kekurangan dihadapan Allah jika dibandingkan dengan Rasulullah SAW. Apa yang kita baca dalam berdzikir dan berdo'a dengan lafadh yang telah ditetapkan oleh Allah maupun oleh Rasulullah SAW, dan kita tujukan kepada Allah semata, pastilah Allah lebih mengetahui apa yang kita mau atau kita mohonkan itu.

3.   Lafadh-lafadh dzikir dan do'a yang kita baca haruslah kita mengerti maknanya. Sangatlah bagus bagus bila mengerti makna satu persatu dari lafadh-lafadh yang kita baca, minimal mengetahui makna inti dari dzikir dari do'a tersebut. Hal tersebut perlu agar dalam kita berdzikir dan berdo'a lebih terasa khidmat dan komunikatif dengan Allah SWT. serta Allah pasti merespon dengan Ridha-Nya dan memberikan pahala.
Hal ini sesuai dengan apa yang ditegaskan oleh As-Sanusy dalam syarah `Aqidah Ummil Bahrain : yang artinya : "Seluruh ulama telah menetapkan kepastian memahami makna tahlil (apabila orang membacanya) dan seperti itu juga makna segala dzikir yang diucapkan. Untuk memperoleh pahala ucapan perlu mengetahui makna yang disebut, sekurang-kurangnya mengetahui keringkasan maksudnya".

4. Berdzikir dan berdo'a hendaklah bersikap tertib, duduk tawadlu', menghadap kiblat, ditempat yang suci, berpakaian sopan dan suci. Namun ketika dalam keadaan sedang berdiri ataupun sedang berbaring ataupun dalam sedang perjalananpun kita dapat melakukan dzikir dan do'a terutama berkaitan dengan situasi dan kondisi yang menarik untuk berdzikir dan berdo'a serta berfikir atas kekuasaan Allah, dengan memperhatikan ciptaan-Nya, seperti Firman Allah dalam Surah Ali Imran ayat : 190-191: Dzikir dan do'a tidak boleh dilakukan ketika kita sedang buang air kecil dan atau buang air besar, sedang berijma' (bersanggama), sedang mendengarkan khutbah dan sedang mengantuk.

5.   Berdzikir dan berdo'a seharusnya dengan suara lembut, khusyu' dan merasa hina serta takut dihadapan Allah, sebagaimana dikehendaki aleh Allah sendiri dalam Firman­Nya Surah Al `Araaf ayat 55 dan ayat 205
      اُدْعُواْ رَبَّكُمْ تَضَرُّعاً وَخُفْيَةً إِنَّهُ لاَ يُحِبُّ الْمُعْتَدِيْنَ ﴿٥٥﴾
Artinya : "Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas."
      وَاذْكُرْ رَّبَّكَ فِيْ نَفْسِكَ تَضَرُّعاً وَخِيْفَةً وَدُوْنَ الْجَهْرِ مِنَ الْقَوْلِ بِالْغُدُوِّ وَالآصَالِ وَلاَ تَكُنْ مِّنَ الْغَافِلِيْنَ ﴿٢٠٥﴾
Artinya : "Dan sebutlah (nama) Tuhannmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai."

Al Ustadz Mahfudz dalam Al Ibda' berkata : "Diantara bid'ah yang makruhah (bid'ah yang dibenci) ialah melakukan duduk bersama seusai shalat membaca do'a dengan suara keras dan secara tetap melakukan perbuatan itu hingga orang awam menyangka begitulah caranya menyelesaikan shalat, padahal do'a itu disukai agar diucapkan sendiri-sendiri". Asy-Syafi'iy menerangkan sebagaimana telah dihikayatkan oleh An-Nawawy tentang hal tersebut di atas. Para ulama jumhur menetapkan bahwa imam dan makmum menyembunyikan dzikirnya (dengan suara lirih-lirih) kecuali ketika perlu mengajarkannya kepada para makmum/hadirin.

6.   Bersungguh-sungguh dalam berdzikir dan merasa yakin dalam berdo'a bahwa do'anya akan dikabulkan, baik langsung maupun tidak langsung. Tentu Allah yang paling mengetahui dan paling bijaksana untuk mengabulkan do'a itu, bahkan mungkin dikabulkaai besok diakhirat.     . Rasulullah bersabda sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Anas r.a :
اِذَا دَعَا اَحَدُكُمْ فَلْيَعْزَمْ فيِ الدُّعَاءِ وَلَايَقُلْ اَللهم اِنْ شِءْتَ فَاَعْطِنيِ فَاِنَّ اللهَ لَامُسْتَكْرَهُ لَهُ                                              
Artinya : “Jika salah seorang diantara kalian berdo'a hendaklah ia bersungguh-sungguh dalam berdo'a dan janganlah dia mengucapkan Ya Allah sekiranya Engkau menghendaki maka berilah aku, karena sesungguhnya Allah tidak terpaksa."

7.   Mendahului do'a dengan pujian dan sanjungan kepada Allah, lalu do'a sholawat bagi Nabi Muhammad SAW. Dalam sebuah hadits disebutkan :
      عَنْ عَبْدِ اللهِ قَالَ : كُنْتُ اُصَلِّى وَالنَّبِيُ صعم وَاَبُوْبَكْرٍ وَعُمَرُ مَعَهُ فَلَمَّا جَلَسْتُ بَدَأْتُ بِالثِّنَاءِ عَلٰى اللهِ ثُمَّ الصَّلاَةِ عَلَى النَّبِيٍ صعم ثُمَّ دَعَوْتُ لِنَفْسِىْ فَقَالَ النَّبِيٍ صعم تَعْطَةْ سَلْ تَعْطَةْ      
Artinya : "Dari Abdullah bin Mas'ud dia berkata, aku shalat sementara Nabi SAW bersama Abu Bakar dan Umar yang tak jauh dariku sesudah aku (selesai shalat) tetap duduk aku mulai pujian kepada Allah lalu aku membaca sholawat Nabi SAW kemudian aku berdo'a untuk diriku sendiri, maka Rasulullah bersabda : "Mohonlah, niscaya do'amu dikabulkan". (HR. At Tirmidzy, dia mengatakan hadits ini hasan shahih)

8.   Mengulang-ulang do'a hingga 3 kali. Cukup banyak hadits tentang dzikir dan do'a yang dibaca Rasulullah SAW tiga kali, seperti hadits Ibnu Mas'ud r.a yang diriwayatkan oleh Muslim.

9.   Menengadahkan atau mengangkat kedua telapak tangan sejajar dengan bahu untuk menunjukan ketundukan dan hajat kepada Allah, namun tidak memejamkan mata karena tak ada satupun hadits yang menetapkan berdzikir dan berdo'a dengan memejamkan mata. Tak boleh juga memandang keatas.
Dari Salman Al Farisy r.a dari Rasulullah SAW beliau bersabda :          
      اِنَّ اللهَ حَيِيٌ يَسْتَحْيِى اِذَا رَفَعَ رَجُلُ اِلَيْهِ يَدَيْهِ اَنْ يَرُدَّهُمَا صَفْرًا اَخَا تِبَتَيْنِ                                                                              
Artinya : "Sesungguhnya Allah Maha Malu lagi Maha Mulia, Dia malu terhadap hamban-Nya jika ia menengadahkan kedua tangannya lalu mengembalikannya dalam keadaan nihil". Hadits ini terdapat dalam Sunan At-Tirmidzy, sunan Abu Daud dan Sunan Ibnu Majah, Ibnu Hajar mengatakan isnad hadits ini jayyid. Dan Al Albani menyatakan hadits ini shohih.

10. Sebelum berdzikir dan berdo'a dalam keadaan suci hadas kecil maupun hadas besar (berwudlu/mandi wajib). Hadits dari Abu Darda bahwa Rasulullah SAW, bersabda :
      اِ نِّىْ كَرِهْتُ اَنْ اَذْكُرَ اللهَ اِلَّا عَلٰى طَهْرٍ
Artinya : "Sesungguhnya aku enggan berdzikir kepada Allah kecuali dalam keadaan suci".
Hadits ini dishohihkan oleh Abu Daud, An-Nasa'i dan ibnu khuzaiman dan dishohihkan pula oleh Al-Bukhory dalam Sunan Abu Daud.

11. Dalam berdo'a hendaknya diawali pengakuan dosa-dosa lalu mohon ampun dan bertaubat darinya, seperti sabda Nabi Muhammad SAW:
     اَنْتَ رَبِّى وَاَنَا عَبْدُكَ ظَلَمْتُ نَفْسِىْ وَاعْتَرَفْتُ بِذَنْبِىْ فَاغْفِرْلِىْ ذُنُوْبِىْ جَمِيْعًا لَا يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ اِلَّا اَنْتَ                                      
Anta robbii wa'annaa `abduka dholamta nafsii wa'taroftu bidzambii taghfirlii dzunuubii jamii-‘an laa yaghfirudz-dzunuuba illaa anta.
Artinya : "Engkau Rabbku dan aku adalah hamba-Mu, aku telah menganiaya diriku sendiri dan aku mengakui dosaku, maka aku ampunilah dosa-dosaku seluruhnya. Tidak ada yang mengampuni dosa-dosa selain Engkau". Hadits ini diriwayatkm At Thabrany dengan isnad hasan.

12. Dilarang memintakan ampunan bagi orang-orang musyrik, Firman Allah Surat At Taubah (9) : 113, yang artinya :
مَا كَانَ لِلنَّبِيِّ وَالَّذِيْنَ اٰمَنُواْ أَنْ يَسْتَغْفِرُواْ لِلْمُشْرِكِيْنَ وَلَوْ كَانُواْ أُوْلِي قُرْبٰى مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمْ أَنَّهُمْ أَصْحَابُ الْجَحِيْمِ ﴿١١٣
"Tiadalah sepatutnya bagi Nabi dan orang-orang yang beriman memintakan ampun (kepada Allah) bagi orang-orang musyrik; walaupun orang-orang musyrik itu adalah kaum kerabat (nya), sesudah jelas bagi mereka, bahwasannya orang-orang musyrik itu adalah penghuni neraka jahannam."

13. Tertib berdo'a menurut tuntunan Rasulullah, sebagaimana sabdanya, yang artinya: "Jika salah seorang diantara kalian berdo'a hendaklah memulainya dengan membesarkan Tuhan nya, Yang Maha Agung dan Maha Perkasa serta menyanjung-Nya lalu mernbaca shalawat Nabi setelah itu berdo'a apa yang dikehendaki (mengikuti lafadz-lafadz Al Qur-an maupun lafadz-lafadz hadits Nabi yang shahih). HR. Abu Daud, An Nasa'i, At Tirmidzi dan ia menshahihkan hadits ini dari fudhalah bin Ubaid. Dan para ulama sepakat hadits tersebut juga untuk mengakhiri atau menutup do'a dengan shalawat Nabi dan hamdalah (baca surat Yunus: 10)
      وَأَخِرُ دَعْوَهُمْ أَنِ اْلحَمْدُ لِلهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
Artinya : "Dan penutup doa mereka ialah: "Alhamdulilaahi Rabbil 'aalamin". Kemudian ditutup dengan aamiin". Sementara ditengah masyarakat islam berkembang kebiasaan saat mengakhiri do'a dengan lafadz
سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ ﴿١٨٠﴾ وَسَلَامٌ عَلَى اْلمُرْسَلِيْنَ ﴿١٨١﴾ وَالْحَمْدُ لِلهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ ﴿١٨٢﴾              
(Qs. Ash Shaffat ayat 180-182). Dalam Tafsir Al Maroghi jilid 8 hal. 92 - 93 terdapat dua hadits yang pertama hadits riwayat Al Baghowi dari Ali yang menyatakan bahwa Ali menutup majlisnya dengan dua ayat tersebut. Bukan sebagai menutup do'anya. Hadits kedua adalah hadits riwayat Abu Sa'id Al Khudri yang dinilai dlaif jidan (sangat lemah) oleh Abu Usamah Salim Id Al Hilaly. Dimana Nabi Muhammad SAW menutup dengan dua ayat tersebut di akhir shalatnya atau ketika shalatnya selesai. Dan bukan sebagai penutu p do'anya.
Oleh karena itu praktek penutupan do'a dengan dua ayat tersebut di atas harus ditinggalkan, karena bukan merupakan sunnah.

14. Waktu-waktu afdlal untuk berdo'a
a.   Sepertiga malam terakhir (waktu sahur), yang didahului dengan shalatul lail (shalat malam atau disebut shalat tahajjud). Allah berfirman dalam surat Al Isra ayat : 79
وَمِنَ اللَّيْلِ فَتَهَجَّدْ بِهِ نَافِلَةً لَّكَ عَسٰى أَنْ يَبْعَثَكَ رَبُّكَ مَقَاماً مَّحْمُوداً ﴿٧٩﴾
Artinya : "Dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang Terpuji."

Dalam hadits lain Nabi SAW bersabda :
اِنَّ فِى الَّيْلِ لَسَاعَةً لَايُوَافِقُهَا رَجُلٌ مُسْلِمٌ يَسْأَلُ اللهَ خَيْرًا مِنْ اَمْرِالدُّنْيَا وَاْلآخِرَةِ اِلَّا اَعْطَا هَا اِيَّاهَا                            
Artinya : "Pada waktu malam, sesungguhnya ada suatu saat dimana jika seseorang muslim;            memohon kepada Allah sesuatu kebajikan dunia dan akhirat niscaya Allah mengabulkannya." (HR. Muslim)

Firman Allah:
وَبِالْأَسْحَارِ هُمْ يَسْتَغْفِرُوْنَ ﴿١٨﴾
Artinya : "Dan selalu memohonkan ampunan diwaktu pagi sebelum fajar" (QS. Adz- Dzariyat :18)

Pada saat malam-malam terakhir dimana banyak orang tidur mendengkur namun seorang muslim yang mengharapkan kebajikan-kebajikan duniawi maupun ukhrowi bangun malam, berwudlu kemudian shalat tahajjud dan berdzikir serta berdo'a secara khidmat di hadapan Allah SWT yang turun pada saat-saat sepertiga malam terakhir.

Dalam hadits dari Abu Hurairah ra, Nabi bersabda :
يَتَنَزَّلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالٰى كُلَّ لَيْلَةٍ اِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِيْنَ يَبْقٰى ثُلُثُ الَّيْلِ اْلاَخِرِ يَقُوْلُ مَنْ يَدْعُوْنِىْ فَاَسْتَجِبُ لَهُ مَنْ يَسْأَلَنِىْ فَاَعْطِيْهِ مَنْ يَسْتَغْفِرَنِىْ فَاَغْفِرُلَهُ                            
Rabb kita Tabaroka wa ta'ala turun setiap malam ke langit dunia dikala sepertiga malam yang terakhir, seraya (Tuhan) berfirman: "Siapa yang berdo'a kepada-Ku, akan Ku kabulkan baginya, siapa yang memohon kepada-Ku, akan Aku memberinya, siapa yang memohon ampunan kepada-Ku, maka Aku mengampuninya. (HR. Al Bukhory, Muslim, At Turmudzy, An-Nasaaiy, Abu Daud dan Ahmad).

b.   Pada malam lailatul Qodr
Pada malam lailatul Qodr diantara malam-malam ganjil dibulan Ramadlan melakukan I'tikaf di masjid dan berdo'a.

c.   Setiap selesai shalat fardlu
Rasulullah ditanya oleh seorang laki-laki : "Wahai Rasulullah SAW bagaimanakah do'a yang paling didengar oleh Allah? Beliau menjawab :
جَوْفَ الَّيْلِ اْلاَخِرِ وَدُبُرِ الصَّلَوَاتِ الْمَكْتُبَاتِ
"Di keheningan tengah malam terakhir dan dipenghujung /seusai shalat-shalat wajib (shalat lima waktu)."
Hadits ini diriwayatkan oleh At Tirmidzy dan menurutnya hadits ini hasan. Syaikh Al Albani juga menilai hadits ini hasan.

d.   Ketika sujud dalam shalat
Ketika sujud dalam shalat, baik shalat fardlu maupun shalat sunnah.
Hadits dari Abu Hurairah ra. bahwa rasulullah bersabda
أَقْرَبُ مَايَكُوْنُ اْلعَبْدُ مِنْ رَبِّهِ وَ هُوَ سَاجِدٌ فَأَكْثِرُوْا الدُّعَاءَ
Artinya : "Sedekat-dekat hamba dengan Tuhan-nya ialah ketika ia sedang sujud (dalam  shalat). Karena            itu perbanyaklah berdo'a pada saat itu". (HR. Muslim, An Nasa' y, Abu Daud dan Ahmad).

Ada kita iihat beberapa orang bersujud berlama-lama diluar shalat, tetapi tidak ada dasar hukumnya oleh karena itu mereka dipandang telah melakukan bid'ah dalam ibadah, kecuali sujud syukur.

e.   Sesudah tasyahud dalam tahiyat,
Berdasarkan hadits dari Abu Hurairah r.a berkata Rasulullah bersabda:
إِذَا تَشْهَدُ اَحَدُكٌمْ فَلْيَسْتَعِذْ بِاللهِ مِنَ اَرْبَعٍ يَقُوْلُ : اللهم اِنٍّىْ اَعُوْذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ وَمِنْ عَذَابِ اْلقَبْرِ وَمِنْ فِتْنَةِ اْلمَحْيَا وَاْلمَمَاتِ وَمِنْ شَرِّ فِتْنَةِ اْلمَسِيْحِ الدَّجَّالِ         
Do'a ini dibaca pada tahiyat akhir, sedangkan tahiyat awal sesudah tasyahud membaca :
اللهم إِنِّى ظَلَمْتُ نَفْسِىْ ظُلْمًا كَثِيْرًا وَلَا يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ اِلَّا اَنْتَ فَاغْفِرْلِىْ مَغْفِرَةًً مِنْ عِنْدِكَ وَارْحَمْنِىْ اِنَّكَ اَنْتَ اْلغَفُوْرُالرَّحِيْمُ                                                                   
"Ya Allah sesungguhnya aku telah menganiaya diriku sendiri begitu banyaknya dan tidak ada yang mengampuni dosa-dosa melainkan Engkau. Maka ampunilah bagiku dengan suatu ampunan dari sisi-Mu dan kasihanilah aku karena sungguh Engkau Maha Pengampun lagi Maha

Berdasarkan hadits Abu Bakar As-Shidiq r.a ia berkata kepada Rasulullah SAW, "Ajarkanlah kepadaku satu do'a yang dapat kubaca dalam sihalatku". Maka beliau bersabda sebagaimana lafadh diatas yang artinya : "Sesungguhnya aku telah menganiaya diriku sendiri dengan keaniayaan yang besar (banyak berbuat dosa) dan tidak ada yang dapat rnengampuni dosa-dosa itu kecuali Engkau, maka ampunilah aku ampunan dari-Mu dan kasihanilah aku, sesungguhnya Engkau Maha Pengampun lagi Maha Penyayang". (kumpulan majelis tarjih muhammadiyah cetakan ke-tiga, halaman 109)

f.    Diantara adzan dan iqomat
Hadits dari Anas bin Malik r.a dia berkata : "Rasulullah bersabda :
اَلدُّعَاءُ لَايُرَدَّ بَيْنَ اْلاَذَانِ وَاْلِاقَامَةِ
"Do'a antara adzan dan iqomat tidak akan ditolak"
Hadits ini diriwayatkan oleh At tirmidzy dan Ahmad. Menurut At Tirmidzy hadits ini hasan shahih dan menurut Al Albany hadis ini shahih.

g.   Pada hari arofah
Hadits dari Amr bin Syu'aib dari ayahnya dari kakeknya bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda :
خَيْرُالدُّعَاءِ دُعَاءُ يَوْمَ عَرَفَةَ
Artinya : "Sebaik-baik do'a ialah do'a pada hari Arofah" (Tanggal 9 Dzulhijjah)
.
h.   Pada hari jum'at
Di dalam Fathul Bary disebutkan 42 riwayat tentang kapan berdo'a pada waktu hari jum'at. Diantara riwayat yang kuat waktu yang dimaksud ialah antara duduknya khatib Jum'at di mimbar (duduk diantara dua khutbah) hingga selesai shalat dan dari shalat `Ashar hingga terbenam matahari.



15. Do'a Tidak Dikabulkan

Banyak dikalangan kaum muslimin yang merasa do'anya tidak dikabulkan, meskipun beberapa kali bahkan setiap saat permohonan itu selalu dipanjatkan kehadirat Allah SWT. Mengapa ?
Untuk anenjawab pertanyaan itu, perlu diperhatikan beberapa hal yang menjadi penghalang terkabulnya suatu do'a yang diharapkan, kemudian mengadakan evaluasi diri apakah penghalang itu ada pada diri kita.
Sebuah hadits Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Muslim dari Abu Hurairah r.a bahwa Rasulullah SAW bersabda :
اَيُهَاالنَّاسُ اِنَّ اللهَ طَيِّبٌ لَا يَقْبَلُ اِلَّا طَيِّبًا وَ اِنَّ اللهَ اَمَرَ الْمُؤْمِنِيْنَ بِمَا اَمَرَبِهِ اْلمُرْسَلِيْنَ فَقَالَ يَااَ يُّهَاالْرَّسُوْلُ كُلُوْا مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَاعْمَلُوْا صَالِحًا اِنٍّىْ بِمَا تَعْمَلُوْنَ عَلِيْمٌ  وَقَالَ يَا اَ يُّهَاالَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُلُوْا مِنْ طَيِّبَاتِ مَارَزَقْنَاكُمْ ثُمَّ ذَكَرَ رَجُلَ يُطِيْلُ السَّفَرَ اَشْعَثَ اَعْبَرَ يَمُدُّ يَدَيْهِ اِلَى السَّمَآءِ يَارَبِّ يَارَبِّ وَمَطْعَمَهُ حَرَامٌ وَمَشْرَبَهُ حَرَامٌ وَمَلْبَسَهُ حَرَامٌ وَغُذِىَ بِالْحَرَامِ فَاَنَّى يُسْتَجَابُ لِذٰلِكَ                                                             
Artinya : "Wahai manusia, sesungguhnya Allah Maha baik, tidak menerima kecuali yang baik, dan sesungguhnya Allah telah memerintahkan kepada orang-orang mu'min (seperti) apa yang diperintahkan Allah kepada para Rasul (utusan Allah) dengan Firman-Nya : "Hai para Rasul makanlah makanan yang baik-­baik, dan kerjakanlah amal yang shalih, sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang kalian kerjakan."
Allah juga berfirman : "Hai orang-orang yang beriman, makanlah diantara rizki yang baik-baik yang telah Kami berikan kepada kalian." Kemudian beliau (Rasulullah) menceritakan tentang seorang laki-laki yang banyak mengembara sampai kusut dan berdebu, menengadahkan kedua tangannya ke langit (berdo'a kepada Allah). Ya Robbi (wahai Tuhanku), sementara makananya haram, pakaiannya haram, dan dia tumbuh berkembang dari hal-hal yang haram, maka mana mungkin do'anya dikabulkan."

Menurut hadits tersebut diatas, Insya Allah apapun yang kita mohonkan (berdo'a) kepada Allah asalkan yang kita mohon adalah apa saja yang mengandung kebaikan dengan cara yang baik yang telah diperintahkan oleh Allah maupun oleh Rasulullah, hindari makan, minum, pakaian yang haram baik bendanya, baik cara memperolehnya, cara makannya, maka Allah akan mengabulkan baik langsung ataupun ditunda diakhirat, sesungguhmya atas kebijaksanaan Allah Yang Maha Tahu dan Maha Adil dan yang sangat penting janganlah kita berburuk sangka kepada Allah, tetapi harus berbaik sangka kepada-Nya, serta instropeksi secara jujur.










Dzikir dan Do’a dalam Shalat dan Sesudah Shalat,
Baik Shalat Fardlu Lima Waktu
Maupun Shalat-Shalat Sunnah


Dimuka telah disebutkan diantara waktu-waktu yang mustajab atas do'a-do'a hamba Allah adalah ketika usai tasyahud sebelum salam dan sesudah shalat. Pada hakekatnya ketika kita mendirikan shalat kita sedang berdzikir dan berdo'a kepada Allah yang kita sembah. Semua bacaan shalat baik yang wajib maupun yang sunnah mengandung dzikir dan do'a. Oleh karena itu pengertian shalat dapat dikatakan berdzikir dan berdo'a.

Dalam hal ini kita tidak menjelaskan disini, tetapi diharapkan dengan sangat setiap mendirikan shalat harus mengerti makna dan kandungan bacaan-bacaannya. Alangkah janggalnya bila kita tidak mengerti makna bacaa-bacaan shalat itu, padahal kita sedang bermuwajahah (bertatap muka) dengan Allahu Akbar yang kita sembah. Menurut pengamatan saya dari jamaah­jamaah pengajian ternyata masih sangat banyak umat islam yang mendirikan shalat tetapi tidak mengerti apa yang diucapkan.

Padahal setiap sehari semalam minimal lima kali mengerjakan shalat dan telah berapa tahunkah kita mengerjakan shalat. Bacaanyapun itu-itu juga kendala inilah kemungkinan besar shalat yang kita lakukan tidak memberikan daya pengaruh terbinanya kepribadian kita selaku seorang muslim yang belum mampu merasakan ketentraman dan ketenangan jiwa serta belum dapat mewujudkan akhlak karimah dan amal shaleh yang diterima Allah.

Dengan kata lain shalat yang kita dirikan masih jauh dari sabda Nabi Muhammad SAW.
اَلصَّلاَةُ عِمَادُ الدِّيْنِ فَمَنْ أَقَامَهَا فَقَدْ أَقَامَ الدِّيْنِ وَمَنْ تَرَكَهَا فَقَدْ هَدَمَ الدِّيْنِ                                                                                  
Artinya : "Shalat itu tiang agama Islam, maka barang siapa yang mendirikannya maka dia benar-benar menegakkan agama dan barangsiapa yang meninggalkannya maka dia benar-benar telah merobohkan agama."
Kemungkinan besar apabila kita dalam mendirikan shalat masih sekedar formalitas. Belum sampai pada hakekatnya, akan lebih jauh lagi menuju kepada isyarat Rasulullah SAW dalam sabdanya :
أَوَّلُ مَايُحَاسَبُ بِهِ اْلعَبْدُ يَوْمَ اْلقِيَامَةِ الصَّلَاةُ  إِذَا صَلُحَتْ صَلُحَ سَاءِرِ عَمَلِهِ وَ إِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ سَاءِرِ عَمَلِهِ                                  
Artinya : "Yang pertama kali dihitung (dihisab) amal seseorang hamba pada hari kiamat ialah shalat. Apabila shalatnya bagus maka (dinilai) baguslah semua amalnya dan apabila shalatnya rusak maka (dinilai) rusak semua amal shalihnya". (HR. Ath-Thabrani dari Abdullah bin Qurth).
Shalat yang bagus adalah shalat yang dilakukan secara khusyu'. Shalat yang khusyu adalah shalat yang dilakukan tepat waktunya (awal waktunya) dipenuhi syarat dan rukunnya, sunnah-surunahnya dan dimengerti makna bacaan, gerakan­gerakannya, sedang shalat yang rusak adalah shalat yang tidak khusyu'.




Do’a di dalam Shalat

Dalam beberapa hadits disebutkan lafadh berdo'a didalam shalat. Menurut Ibnu Daqil Id, berdoa didalam shalat maksudnya sesudah tasyahud karena ada pengajaran do'a yang khusyu' di tempat ini. Dan menurut Al Fakihany pendapat yang paling baik ialah menghimpun antara dua tempat, yaitu saat sujud dan sesudah tasyahud akhir sebelum salam.

1.   Do'a dalam Ruku' dan Sujud
Berdasarkan riwayat dalam Bukhary dan Muslim dari Aisyah:
كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صعم يُكْثِرُ اَنْ يَقُوْلَ فِىْ رُكُوْعِهِ وَسُجُوْدِهِ : سُبْحَانَكَ اَللهم رَبَّنَا وَبِحَمْدِكَ اللهم اغْفِرْلِىْ يَتَأَوَّلُ اْلقُرْاٰنَ        
Adalah Rasul SAW memperbanyak bacaan
سُبْحَانَكَ اَللهم رَبَّنَا وَبِحَمْدِكَ اللهم اغْفِرْلِىْ
Subhaanaka Allaahumma robbanaa wabihamdika Allahhumma-ghfirlii
didalam ruku' dan sujudnya untuk memenuhi perintah Al Qur-an setelah turun wahyu surat An-Nashr :
      إِذَا جَآءَ نَصْرُ اللهِ وَالْفَتْحُ ﴿١﴾ وَرَأَيْتَ النَّاسَ يَدْخُلُوْنَ فِيْ دِيْنِ اللهِ أَفْوَاجاً ﴿٢﴾ فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ وَاسْتَغْفِرْهُ إِنَّهُ كَانَ تَوَّاباً ﴿٣﴾
"Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan, dan kamu lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-­bondong, maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada Nya. Sesunggulmya dia adalah Maha Penerima taubat."

Ibnu Abbas didalam haditsnya yang diriwayatkan oleh Al Bukhori bahwa dengan turunnya wahyu Surat An-Nashr tersebut sebagai tanda dekatnya saat kewafatan Rasulullah SAW yang diberitahukan oleh Allah kepada beliau. Maksud memperbanyak do'a tersebut diatas dalam ruku' dan sujud tidak ada penjelasan. Menurut pendapat kami do'a tersebut disunnahkan dibaca pada setiap ruku' dan sujud dalam shalat baik yang fardlu maupun yang sunnah dan membacanya tiga kali-tiga kali, karena 3 kali telah terhitung banyak.

2.   Do'a Setelah Tasyahud
Dalam hadits dari Abu Bakar Ash-Shidiq r.a riwayat Bukhori dan Muslim, bahwa dia berkata kepada Rasulullah SAW. "Ajarkanlah kepadaku suatu do'a yang dapat kubaca dalam shalatku". Maka beliau menjawab ucapkanlah :
      اَللهم إِنِّى ظَلَمْتُ نَفْسِىْ ظُلْمًا كَثِيْرًا وَلَا يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ اِلَّا اَنْتَ فَاغْفِرْلِىْ مَغْفِرَةًً مِنْ عِنْدِكَ وَارْحَمْنِىْ اِنَّكَ اَنْتَ اْلغَفُوْرُالرَّحِيْمُ    
"Ya Allah sesungguhnya aku telah menganiaya diriku sendiri begitu banyaknya dan tidak ada yang mengampuni dosa-dosa melainkan Engkau. Maka ampunilah bagiku dengan suatu ampunan dari sisi-Mu dan kasihanilah aku karena sungguh Engkau Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."
Dalam riwayat Abu Daud dan An Nasay' dengan sanad Jayyid dari Abu Hurairah r.a dia berkata, Rasulullah SAW  bersabda "Jika salah seorang diantara kalian sudah tasyahud, hendaklah ia berlindung dari empat perkara dengan mengucap :
اَللهم إِنِّى أَعُوْذُبِكَ مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ وَمِنْ عَذَابِ اْلقَبْرِ وَمِنْ فِتْنَةِ اْلمَحْيَا وَاْلمَمَاتِ وَمِنْ شَرِّ فِتْنَةِ اْلمَسِيْحِ الدَّجَّالِ               
"Ya Allah sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari siksa jahannam, dari siksa kubur, dari cobaan hidup dan sesudah mati dan dari kejahatan fitnah Al Masihuddajjal."
Dari kedua hadits tersebut tidak disebutkan tasyahud awal dan akhir. Menurut Himpunan Putusan Majlis 'Tarjih Muhammadiyah tahun 1967 halaman 109 diputuskan do'a, Abu Bakar dapat dibaca sesudah tasyahud awal, sedang do'a Abu Hurairah dibaca sesudah tasyahud akhir. Sebagaimana telah banyak diajarkan dan dilakukan kaum muslimin dalam shalatnya.
Dalam buku koreksi total ritual shalat dipaparkan yang intinya sebagai berikut :
Para ulama berbeda pendapat tentang bacaan shalawat dalam tasyahud akhir dalam shalat dan menurut Muhammad Ibnu Al Mawwaz dan Asy Syafi'i membaca shalawat Nabi adalah fardlu, tidak sah shalat yang tidak membacanya baik pada tasyahud awal maupun tasyahud akhir. Menurut Imam Asy Syafi'i do'a tasyahud awal dan akhir adalah sama yaitu dari At tahiyat Lillahi sampai syahadat dan shalawat. Setelah itu membaca do'a sebelum salam seperti keterangan dimuka. Sehingga redaksi lengkapnya tasyahud awal sebagai berikut:
اَلتَّحِيَّاتُ لِلهِ وَالصَّلوَاتُ وَالطَّيِّبَا تُ السَّلاَمُ عَلَيْكَ اَ يُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ  اَلسَّلاَمُ عَلَيْنَا وَعَلٰى عِبَادِ اللهِ الصَّالِحِيْنَ  أَشْهَدُ اَنْ لَا اِلٰهَ اِلَّا اللهُ وَأَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ  اَللهم صَلِّ عَلٰى مُحَمَّدٍ وَعَلٰى اٰلِ مُحَمَّدٍ  كَمَا صَلَيْتَ عَلٰى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلٰى اٰلِ إِبْرَاهِيْمَ  إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ  اَللهم بَارِكْ عَلٰى مُحَمَّدٍ وَعَلٰى اٰلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلٰى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلٰى اٰلِ إٍبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ         
Attahiyaatulillaahi washsholawaatu waththoyyibaatu assalaamu `alaika ayyuhannabiyyu warohmatulloohi wabarokaatuh assalaamu `alainaa wa'alaa ‘ibaadillaahish-shoolihiin asyhadu an laa ilaahaillooh wa asyhadu anna muhammadan `abduhuu warosuuluh, alloohumma sholli 'alaa Muhammad wa 'alaa aali muhammad, kamaa sholaita `ala ibroohiim wa 'alaa aali ibroohiim, innaka hamiidun majiid, alloohumma baarik 'alaa Muhammad wa 'alaa aali muhammad, kamaa baarokta 'alas ibroohiim, wa `alaa aali ibroohiim, inaaka hamiidun maajiid.

Bacaan shalawat diatas berdasarkan hadits riwayat Al Bukhary dari Abu Said Ka'ab bin Ujroh. Setelah shalawat lalu membaca do'a :
اَللهم إِنِّى ظَلَمْتُ نَفْسِىْ ظُلْمًا كَثِيْرًا وَلَا يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ اِلَّا اَنْتَ فَاغْفِرْلِىْ مَغْفِرَةًً مِنْ عِنْدِكَ وَارْحَمْنِىْ اِنَّكَ اَنْتَ اْلغَفُوْرُالرَّحِيْمُ    
Allaahumma innii dholamtu nafsii dhulman katsiiron walaa yaghfirudz-dzunuuba il-laa anta faghfirlii maghfirotan min in dika warhamnii innaka antal­ghofuurur-rohiim
(Do'a Abu Bakar As-Shidik yang diajarkan oleh Nabi SAW. (Mutafaqun `alaihi).
Dalam tasyahud akhir lafadznya seperti diatas dan do'a setelah shalawat adalah :
اَللهم إِنِّى أَعُوْذُبِكَ مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ وَمِنْ عَذَابِ اْلقَبْرِ وَمِنْ فِتْنَةِ اْلمَحْيَا وَاْلمَمَاتِ وَمِنْ شَرِّ فِتْنَةِ اْلمَسِيْحِ الدَّجَّالِ               
Allaahumma innii a'uudzu bika min `adzaabi jahannama wamin `adzaabil-qobri wamin fitnatil­mahyaa walmamaati wamin syarri fitnatil-masiihid-daj­jaali
(HR. Al Bukhory, Muslim, At Tirmidzi, An Nasay', Abu Daud, Ibnu Majah, Ahmad dan Malik dari Abu Hurairah). Sebenarnya ada beberapa hadits dengan lafadz yang berbeda mengenai shalawat Nabi SAW dan juga mengenai do'a-do'a sebelum salam karena juga telah diajarkan oleh Nabi SAW, boleh pilih salah satu. Akan tetapi dengan lafadz diatas telah sesuai apa yang diajarkan oleh Nabi. SAW. Juga dapat dibaca dalam fiqhus Sunnah, dalam Nailul Authar, dalam buku pedoman do'a dan dzikir oleh Hasbi Ash Shiddiqy dan dalam buku dzikir dan do'a Rasulullah sesudah shalat oleh Abu Amsaka.

Dzikir dan Do’a Sesudah Shalat

Telah dibahas dimuka bahwa dzikir pada hakekatnya berisi do'a juga. Oleh karena itu shalatpun disebut juga do'a. Dzikir dan do'a sesudah shalat atau sesudah salam banyak macamnya, ada yang pendek ada pula yang panjang. Dzikir-dzikir, sesudah salam diluar shalat, namun sangat menentukan nilai shalatnya bagi setiap yang melakukannya. Sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits yang mulia dari Ammar bin Yasir r.a dia berkata : "Aku pernah mendengar Rasulullah bersabda :
إِنَّ الرَّجُلَ لَيَنْصَرِفُ وَمَا كُتِبَ لَهُ اِلَّا عُشْرٌ صَلاَتِهِ  تُسْعُهَا، ثُمُنُهَا  سُبُعُهَا سُدُسُهَا خُمُسُهَا رُبُعُهَا  ثُلُثُهَا  نِصْفُهَا                                    
"Sesungguhnya seseorang itu benar-benar keluar dari shalatnya sementara tidak ditetapkan pahala baginya kecuali sepersepuluh dari shalatnya, sepersembilan, seperdelapan, sepertujuh, seperenam, seperlima, seperempat, sepertiga (atau) seperduanya. " (HR. At Tirmidzy dan Ahmad da menurut At-Tirmidzy hadits ini hasan shahih dan Syeikh Sulail Al Hilali menshohihkan dalam kitab Shohihul Adzkar).

Maksudnya orang yang shalat akan dinilai shalatnya. Ada yang dinilai 1/20 nya (nilai terkecil) sampai ada yang dinilai separohnya. Sehingga nilai shalatnya tidak sempurna karena masih kurang separuhnya lagi. Untuk menyempurnakan kekurangannya dan untuk menambah pahala, maka dapat dilakukan dengan dzikir dan do'a sesudah shalat. Apabila tidak melakukan sama sekali seolah tidak ada ketenangan dalam hatinya, padahal dengan ketenangan melakukan shalat sebelum dan sesudahnya akan membantu kekhusyu'an shalat, dan orang yang khusyu' shalatnya pasti memperoleh ketenangan hati.

Macam-Macam Dzikir Sesudah Shalat, Khususnya Shalat Fardlu

1.   Mengucapkan istaghfar tiga kali
Berdasarkan hadits dari Tsauban, dia berkata, jika Rasulullah SAW keluar dari shalat (seusai salam, bukan keluar dalam arti pergi dari tempat shalat) maka beliau mengucapkan istighfar 3 kali

أَسْتَغْفِرُاللهَ  أَسْتَغْفِرُاللهَ  أَسْتَغْفِرُاللهَ  أَسْتَغْفِرُاللهَ الَّذِىْ لَااِلٰهَ اِلَّاهُوَالْحَيُّ اْلقَيُّوْمُ وَأَتُوْبُ إِلَيْهِ     ٣                                         
"Aku mohon ampun kepada Allah (3X)" lalu mengucapkan: 
اَللهم اَنْتَ السَّلاَمُ وَمِنْكَ السَّلاَمُ تَبَارَكْتَ يَا ذَالْجَلاَلِ وَاْلإِكْرَامِ
Allohumma antas-salaamu waminkas-salaamu tabaarokta yaa dzal jalaali wal ikroom

"Ya Allah Engkau Maha Pemberi Keselamatan, dari Mu datangnya keselamatan Maha Suci Engkau, Pemilik Keagungan dan Kemuliaan." (HR. Abu Daud dan An Nasaa'y). tentang lafadz istighfar dalam hadits riwayat Muslim dari Aisyah r.a dia berkarta: Rasulullah SAW biasa memperbanyak ucapan :
سُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ أَسْتَغْفِرُاللهَ وَأَتُوْبُ اِلَيْهِ
Subhaanallohi wabihamdihii astaghfirulloha wa-atuubu ilaiih
"Maha Suci Allah dan dengan memuji-Nya aku mohon ampunan kepada Allah dan aku bertobat kepada-Nya."
Catatan : dzikir dengan lafadz :
اَللهم اَنْتَ السَّلاَمُ وَمِنْكَ السَّلاَمُ  وَإِلَيْكَ يَعُوْدُ السَّلاَمُ تَبَارَكْتَ يَا ذَالْجَلاَلِ وَاْلإِكْرَامِ                                                            
Tambahan lafadz adalah terdapat dalam hadits dloif (lihat Az-Zaaid). Terlebih lagi dengan tambahan-tambahan yang tidak diketahui sumbernya, seperti berikut ini

Menurut syaikh Al Jazairy (dalam Tash hilul mashoolih), mengatakan bahwa tambahan ini tidak memiliki sumber dan merupakan reka-reka yang berasal dari beberapa kisah. Oleh karena itu kita mengikuti lafadh yang ada dalilnya (hadits).

2.   Membaca laailaha illallaah (  لَااِلٰهَ اِلَّا اللهُ  )
Berdasarkan hadits dari Al Mughiroh sebagai jawaban tertulis dari surat Mu'awiyah tentang satu hadits, katanya : Aku mendengar Rasulullah ketika selesai dari shalat mengucapkan:
     لَااِلٰهَ اِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ  لَهُ اْلمُلْكُ وَلَهُ اْلحَمْدُ وَهُوَ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ  ثَلاَثَ مَرَّاتٍ                                                 
Artinya : "Tiada ilah selain Allah semata, yang tiada sekutu bagi­Nya. Bagi-Nya segala kekuasaan dan bagi-Nya segala puji dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. Beliau mengucapkan 3 kali. (HR. Al Bukhary).
Riwayat lain dari Al Maghfiroh dengan lafadh:  
      لَااِلٰهَ اِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ  لَهُ اْلمُلْكُ وَلَهُ اْلحَمْدُ وَهُوَ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ                                                                            
اَللهم لَا مَانِعَ لِمَا اَعْطَيْتَ وَلاَ مُعْطِيَ لِمَامَنَعْتَ وَلاَ يَنْفَعُ ذاَ الْجَدِّ مِنْكَ الْجَدُّ (رواه البخارى )                                             
Dalm lafadh ini disebutkan dari Al Maghfiroh, Rasulullah SAW telah keluar dari shalat mengucapkan :
       
اَللهم لَا مَانِعَ لِمَا اَعْطَيْتَ وَلاَ مُعْطِيَ لِمَامَنَعْتَ وَلاَ يَنْفَعُ ذاَ الْجَدِّ مِنْكَ الْجَدُّ (رواه  احمد ورواته ثقات)            
"Ya Allah, tidak ada yang dapat menahan apa yang Engkau berikan dan tidak ada yang dapat memberi apa yang Engkau tahan. Tiada berguna kekayaan dan kedudukan orang yang memilikinya disisi-Mu". (HR.Ahmad semua perawinya terpercaya).

3.   Membaca
سُبْحَانَ اللهُ  ٣٣   اَلْحَمْدُ لِلهِ  ٣٣    اَللهُ اَكْبَرُ  ٣٣
Subhaanalloh 33X, Alhamdulillaah 33X, Allohuakbar 33X
Lalu digenapkan menjadi 100 kali dengan dzikir satu kali :
     لَااِلٰهَ اِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ  لَهُ اْلمُلْكُ وَلَهُ اْلحَمْدُ وَهُوَ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ                                                                            
Laa ilaaha il-lallahu wahdahuu laasyarikalah, lahulmulku walahul hamdu wahuwa `alaa kulli syal-in qodiir
"maka diampuni kesalahan-kesaluhannya (pembacanya) meskipun seperti buih lautan". (HR. Muslim).

4.   Membaca Mu'awwidzatain, yaitu surat Al Falaq dan An Naas, berdasarkan hadits dari Uqbah bin Amir, dia berkata : Rasulullah SAW memerintahkan kepadaku agar aku membaca al mu'awwidzatain pada usai setiap shalat. (HR. An Nasa'iy, At Turmudzy, Abu Daud, Ibnu Hibban dan Al Hakim, Hadits shohih menurut riwayat syarat Muslim).

5. Membaca ayat kursi (Surat Al Baqarah ayat : 255), berdasarkan hadits dari Umamah r.a dia berkata Rasulullah bersabda : "Barang siapa membaca ayat kursi setiap usai shalat wajib, maka tidak ada yang menghalanginya masuk surga kecuali (belum datangnya) kematian". (HR. An Nasaa'iy dan Ibnu Hibban).

Do’a Sesudah Shalat

Setelah membaca dzikir-dzikir tersebut diatas, kemudian berdo'a, bermunajat kepada Allah lewat do'a-do'a yang matsur yaitu: berasal dari Al Qur-an dan dari sunnah Rasulullah SAW, bukan do'a-do'a karangan sendiri atau karangan siapapun. Sebab do'a-do'a dari Rasulullah dan As Sunnah jauh lebih lengkap cakupannya untuk kemasalahatan dunia maupun akhirat, disamping itu menunjukan sikap ketundukan dan ketaatan kepada Allah dan `ittiba' (mengikuti) petunjuk Rasulullah.
Sebelum berdo'a hendaknya didahului dengan basmalah, lalu lafadh pujian kepada Allah dan sholawat kepada Nabi Muhammad SAW, berdasarkan hadits dari Fuadlaalah bin Ubaid r.a Nabi Muhammad SAW bersabda:
"Apabila salah seorang diantara kamu berdo'a hendaklah dimulai dengan memuji dan menyanjung Rabb-nya (Tuhan­-nya) kemudian bershalawat kepada Nabi Muhammad SAW kemudian baru berdo'a yang dikehendaki." (HR. At Tirmidzy dan Ahmad dan menurut At Tirmidzy hadits ini hasan shohih, syaikh Salim Al Hilaly menshohihkan hadits ini.
Bacaan hamdalah :
اَلْحَمْدُ لِلهِ رَبِّ اْلعَالَمِيْنَ حَمْدًا كَثِيْرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيْهِ مُبَارَكًا عَلَيْهِ كَمَا يُحِبُّ رَبَّنَا وَيَرْضٰى                                                               
Alhamdulillahi robbil `aalamiin hamdan katsiiron thoyyiban mubaarokaa fiihi mubaarokaa `alaihi kamaa yuhibba robbunaa wayardhoo
Segala puji bagi Allah, Tuhan Semesta Alam, dengan pujian yang banyak, baik, diberkahi didalamnya, dan tetap diberkahi padanya seperti yang dicintai dan diridloi Rabb kami. (HR At Tirmidzy hadits ini hasan menurut At Tirmidzy).
Catatan : banyak mubaligh, ustadz, ulama dan para kyai dan diikuti oleh ummat Islam yang berdo'a dengan lafadh hamdallah sebagai berikut:

Lafadh ini disebutkan dalam kitab Jami'ul Ulum wal Hikam - Ibnu Rajab Al Hambaly Al Baghdady dan kitab At Taghrib  wat Tarhib Al Imam Al Mundziry tetapi disana tidak disebutkan takhrij dan kedudukannya dan dalam kitab ini disebutkan bahwa Al Bukhary menyebutnya dalam hadits-hadits dloif. Ibnu Qayyim Al Jauziyah berkomentar hadits ini tidak terdapat dalam shahihaini, tidak dikenal sama sekali dalam kitab-kitab hadits yang terpercaya tidak pula memiliki sanad yang dikenali.
Membaca shalawat, dengan bacaan sebagai berikut :
اَللهم صَلِّ عَلٰى مُحَمَّدٍ وَعَلٰى اٰلِ مُحَمَّدٍ  كَمَا صَلَيْتَ عَلٰى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلٰى اٰلِ إِبْرَاهِيْمَ  إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ  اَللهم بَارِكْ عَلٰى مُحَمَّدٍ وَعَلٰى اٰلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلٰى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلٰى اٰلِ إٍبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ              
Allhohumma sholli `alaa muhammadin wa `alaa aali muhammad, kamaa shollayta `alaa ibrohiim, wa `alaa aali ibroohiim, innaka hamiidun majiid. Allohumma baarik `alaa muhammad, wa `alaa aali muhammad, kama baarokta `alaa ibroohiim, wa `alaa aali ibroohiim, innaka hamiidun majiid.

Do'a-do'a yang secara khusus disebutkan setelah shalat :

1.  
اَللهم أَعِنِّيْ عَلٰى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ
Allohumma a'innii `alaa dzikrika wasyukrika wahusni `ibaadatika
"Ya Allah, tolonglah aku untuk mengingat Engkau bersyukur kepada-Mu dan beribadah dengan baik kepada-Mu" Berdasarkan hadits dari muadz bin Jabal, Rasulullah bersabda: "Aku wasiyatkan kepadamu wahai Muadz, sekali-kali janganlah kau tinggalkan untuk engkau ucapkan setiap usai shalat :
اَللهم أَعِنِّيْ عَلٰى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ
(HR. Abu An Nasaa' iy, Abu Daud, Ahmad, Ibnu Hibban, Ibnu Huzaimah dan al Hakim, Al Al Bany dan syaikh Salim Al Hilaly).
2.  
     اَللهم اَصْلِحْ لِىْ دِيْنِى الَّذِيْ هُوَ عِصْمَةُ اَمْرِىْ وَاَصْلِحْ لِىْ دُنْيَاىَ الَّتِىْ فِيْهَا مَعَاشِىْ وَاَصْلِحْ لِىْ اٰخِرَتِىْ الَّتِىْ فِيْهَا مَعَادِىْ وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لِىْ فِىْ كُلِّ خَيْرٍ وَاجْعَلِ اْلمَوْتَ رَاحَةً لِىْ مِنْ كُلِّ شَرٍّ 
Allohummashlih liidiinil-ladzii huwa `ismatu amrii wa­ ashlih liidunyaayal-latif fiihaa ma'aa syii wa-ashlih lii aakhirotil-latii fiihaa ma'aadii waj'alil-hayaata ziyaadatan lii fiikulli khoyri waj'alil mauta roohatan lii min kulli syarrin
"Ya Allah, perbaikilah bagiku agamaku yang menjadi pegangan urusanku, perbaikilah bagiku duniaku ymg didalamnya menjadi tempat penghidupanku, perbaikilah akhiratku yang disana menjadi tempat kembaliku, jadikanlah hidup di dunia ini sebagai tambahan bagiku dalam segala kebaikan dan jadikanlah kematian sebagai kebebasan bagiku dari segala kejahatan." (HR. Muslim dari Abu Hurairah):

3.  
      اَللهم اِنِّى اَعُوْذُ بِكَ مِنَ اْلهَمِّ وَاْلحَزَنِ وَالْكَسَلِ وَالْجُبْنِ وَاْلبُخْلِ وَضَلَعِ الدَّيْنِ وَغَلَبَةِ الرِّجَالِ                                                     
Allhohumma innii a'uudzu bika minalhammi walhazani wal’ajzi walkasali waljubqi walbukhli wadlila'id-dayni wagholabatir-rijaali
"Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari kekawatiran, kesusahan, kelemahan, kemalasan, pengecut, kebakhilan, banyaknya hutang dan peguasaan orang-orang." (HR. Al Bukhary dari Anas bin Malik).
Kata Anas bahwa ucapan Rasuluhah SAW acap kali berdo'a dengan do'a-do'a tersebut :

4.  
اللهم إِ نِّيْ اَعُوْذُ بِكَ مِنْ زَوَالِ نِعْمَتِكَ وَتَحَوُلِ عَافِيَتِكَ وَفَجَاءَةِ نِعْمَتِكَ وَجَمِيْعِ سَخَطِكَ                                                          
Allohumma innii a'uudzubika min zawali ni'matika watahawwali aa fiyatika wafujaa-ati ni'matika wajamii’i sakhotika
"Ya Allah sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari lenyapnya nikmat-Mu, berubahnya afiat dari-Mu, dan datangnya pembalasan-Mu secara tiba-tiba dan keseluruhan murka-Mu". (HR Muslim dari Umar r.a)
اَللهم إِ نِّيْ اَسْأَلُكَ اْلهُدٰى وَالتُّقٰى وَاْلعَفَافَ وَالْغِنٰى
Allohumma innii as-alukal hudaa wattaqoo wafafaafa walghinaa
"Ya Allah, sesungguhnya aku mohon kepada-Mu petunjuk, ketaqwaan, menahan diri dari hal-hal yang dilarang dan kecukupan ". (HR. Muslim AT Turmudzy, Ibnu Hibban dan Ahmad).

5.  
     اَللهم رَبَّنَا اٰتِنَا فِىْ الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
Allohumma robbanaa aatinaa fiddunyaa hasanatan wafil aakhiroti hasanatan waqinaa `adzaa bannaar
"Ya Allah, Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia di althirat serta peliharalah kami dari siksa neraka." (HR. Al Bukhary dari Anas). Kata Abas do'a ini yang paling banyak diucapkan oleh Rasulullah SAW.

6.
     
اَللهم اغْفِرْلِىْ خَطِءَتِىْ وَجَهْلِىْ وَاِسْرَافِىْ فِىْ اَمْرِىْ وَمَا اَنْتَ اَعْلَمُ بِهِ مِنِّى  اَللهم اغْفِرْلِىْ هَزْلِىْ وَجَدِّى وَخَطَايَاىَ وَعَمْدِىْ وَكُلِّ ذٰلِكَ عِنْدِىْ                                                                          
Allohummaghfirlii khothi-atii wajahlii waisroofii fii amrii wamaa anta a'lamu bihii minnii. Allohummagh firlii hazlii wajaddii wakhothoo-yaaya wa'amdii wakulli dzaalika `indii
"Ya Allah, ampunilah aku karena kesalahanku, kebodohanku setiap berlebih-lebihan dalam urusanku dan apapun Engkau lebih mengetahuinya dari padaku, Ya Allah ampunilah aku karena candaku dan keseriusanku, kekeliruanku dan kesengajaanku, sedang semua itu ada padaku". (HR. Al Bukhary dari Musa Al Asy'ary).

7.
اَللهم مُصَرِّفَ اْلقُلُوْبِ صَرِّفْ قُلُوْبَنَا عَلٰى طَاعَتِكَ
Allohumma mushorrifal-quluubi shorrif quluubanaa `alaa thoo'atika
"Ya Allah Pengarah hati, arahkanlah hati kami untuk mentaati­Mu". (HR. Muslim dari Abdullah bin Amr bin Ash).

8.
     اَللهم اِنِّىْ اَعُوْذُبِكَ مِنَ اْلفَقْرِ وَاَعُوْذُبِكَ مِنَ اْلقِلَّةِ وَالذِّلَّةِ وَاَعُوْذُبِكَ اَنْ اَظْلَمَ اَوْ اُظْلِمَ                                                     
Allohumma innii a'uudzubika minalfaqri waktu a'udzubika minalqillati wadzdzillatin wa-a'uudzubika an-adhlama aw-udhlima
"Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada Mu dari kefakiran dan aku berlindung kepada Mu agar aku tidak menganiaya atau tidak dianiaya". (HR. An Nasa'iy dari Abu Hurairah r.a)

9.
      اَللهم اغْفِرْلِىْ وَارْحَمْنِىْ وَاهْدِنِىْ وَعَافِنِىْ وَارْزُقْنِىْ
Allohummaghfirlii warhamnii wahdinii wa'aafinii warzuqnii
"Ya Allah, ampunilah dosaku, rahmatilah aku, berilah petunjuk kepadaku, berilah afiat kepadaku dan limpahkanlah rizqi kepadaku ". (HR. Al Bukhory, juga oleh Ibnu Khuzaiimah. Hadits ini disahihkan oleh Al Albani).

10.
     اَللهم إِنِّىْ اَعُوْذُبِكَ مِنَ اْلكُفْرِ وَاْلفَكْرِ وَعَذَابِ اْلقَبْرِ
Allohumma innii a'uudzubika minalkufri walfakri wa'adzaabil qobri

"Ya Allah sesungguhnya aku berlindung kepada Mu dari kekufuran dan kefakiran dan siksa kubur". (HR. An Nasa'iy, Ahmad, Al Hakimi dan Ibnu Khuzaimah). Menurut Al Hakimi hadits ini sanadnya shahih, menurut syarah muslim, Abu Usamah Salim bin Id Al Hilaly juga menshahihkannya.

11.
     اَللهم إِنِّىْ اَعُوْذُ بِكَ مِنْ جَهْدِ اْلبَلاَءِ وَدَرْكِ الشَّقَاءِ وَسُوْءِ الْقَضَاءِ وَثَمَاتَةِ اْلاَعْدَاءِ                                                                    
Allohumma innii a'uudzubika min jahdilbalaa-i wadarkisysyaqoo-i wasuu-il qodloo-i watsamaa tatil a'daa-i
"Ya Allah sesungguhnya aku berlindung kepada Mu dari bala' (bencana) yang berat, kesengsaraan yang terus menerus, qadlo yang buruk dan kegembiraan musuh". Hadits ini dari Abu Hurairah diriwayatkan dalam shahih Al Bukhary dalam shahih Muslim, juga dalam shahih ibnu Hiban.

12.
      اَللهم إِنِّىْ اَعُوْذُ بِكَ مِنَ اْلاَرْبَعِ مِنْ عِلْمٍ لَايَنْفَعُ وَمِنْ قَلْبٍ لَا يَخْشَعُ وَمِنْ نَفْسٍ لَا تَشْبَعُ وَمِنْ دُعَاءٍ لَايَسْمَعُ                         
Allohumma innii a'uudzubika minal-arba'i min'ilmin laa yanfa'u wamin qolbin laa yakhsya'u wamin nafsin laa tasyba'u wamin du'aa-in laa yasma'u

"Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari empat perkara; dari ilmu yang tidak bermanfaat, dari hati yang tidak khusyu', dan dari jiwa yang tidak kenyang dan dari do'a yang tidak didengar." (Hadits diriwayatkan dalam shahih Muslim dalam Sunan Abu Daud dan Sunan ibnu Majah dari Abu Hurairah dan menurut riwayat Muslim, bahwa Nabi SAW sering membaca do'a ini).

13.
     اَللهم إِنِّىْ أَسْأَلُكَ اْلعَافِيَةَ وَاْلمُعَافَةَ فِى الدُّنْيَا وَاْلآخِرَةِ
Allohumma' innii as-alukal `aafiyata walmu'aa fata fiiddunyaa wal-aakhiroti
"Ya Allah, sungguh aku memohon kepada-Mu keselamatan dan kesembuhan di dunia dan di akhlrat." (HR At Tirmidzy dari Abbas bin Abdul Munthalib, do'a ini diajarkan oleh Nabi SAW.

14.
     اَللهم إِنِّىْ اَحْسِنْ عَاقِبَتَنَا فِى اْلاُمُوْرِ كُلِّهَا وَاَجِرْنَا مِنْ خِزْيِ الدُّنْيَا وَعَذَابِ اْلآخِرَةِ                                                                      
Allobumma innii ahsin `aa qibatanaa fiil umuuri kullihaa wa-ajirnaa min khizyiddunyaa wa'adzaabil aakhiroti.
“Ya Allah, baguskanlah kesudahan kedalam segala urusan, lindungilah kami dari kehinaan dan siksa akhirat". (HR. Ahmad dari Buzz bin Artha'ah Al Quraisyi)

15.
      اَللهم إِنِّىْ اَعُوْذُ بِكَ مِنْ مُنْكَرَاتِ اْلاَخْلاَقِ وَاْلاَعْمَالِ وَاْلاَهْوَاءِ
Allohumma innii a'uudzubika min munkarootil akhlaaqi wal-a'maali wal-ahwaa-i
"Ya Allah sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari kemungkaran-kemungkaran akhlaq, dari kemungkaran­kemungkaran amal dan dari kemungkaran-kemungkaran nafsu. (HR At Tirmidzy, Al Hakim, ibnu Hibban dari Ziyad bin Aloqah dari pamannya bahwa Nabi SAW pernah mengucapkan do'a ini. Hadits ini dishahihkan oleh Abu Usamah Sulaim bin Ib Al Hilaly).

16.
اَللهم إِنِّىْ أَسْأَلُكَ عِيْشَةً تَقِيَّةً وَمَيْتَةً سَوِيَّةً غَيْرَ مَحْزِيٍ وَلاَ فَاضِحٍ
Allohumma innii as-aluka `iisyatan wamaytatan sawiyyatan ghoyro makhziyin walaa faadlihin
"Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu kehidupan yang suci, kematian yang baik tanpa kehidupan  yang memalukan." (Hadits dari ibnu Umar dia berkata Rasulullah SAW mengucapkan do'a diatas. Hadits ini menutut Al Hakim, isnadnya shahih).

17.
      رَبَّنَا لاَ تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَّسِيْنَا أَوْ أَخْطَأْنَا رَبَّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْراً كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِنَا رَبَّنَا وَلاَ تُحَمِّلْنَا مَا لاَ طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنْتَ مَوْلاَنَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ ﴿٢٨٦﴾                                                        
Robbanaa laa tu-aakhidznaa in-nasiinaa aw-akhtho­naa, robbanaa walaa tahmil `alaynaa ishron kama hamaltahuu, `alal-ladziina min qoblinaa, robbanaa walaa tuhammilnaa maa laa thooqotalanaabihii, wa'fu `annaa waghfirlanaa warhamnaa, anta maulanaa fanshurnaa `alalqoumil kaafiriin
"Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami bersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri ma'aflah kami, ampunilah kami, dan rahmatilah kami. Engkaulah penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir." (Al Baqoroh : 286)
18. Minta kebaikan dunia dan akhirat :
      رَبَّنَا اٰتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
Robbanaa aatinaa fiddunyaa hasanatan wafil-aakhiroti hasanatan waqinaa `adzaa bannaar
"Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka". (Al Baqoroh : 201)

19. Mohon ampunan atas segala dosa :
     ربَّنَا اغْفِرْ لَنَا ذُنُوْبَنَا وَإِسْرَافَنَا فِيْ أَمْرِنَا وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا وانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ ﴿١٤٧﴾                                                   
Robbanaaghfirlanaa dzunuubanaa wa-isroofanaa fii amrinaa watsabbit aqdaamanaa wanshurnaa `alal qoumilkaafiriin
"Ya Tuhan kami, ampunilah dosa-dosa kami dan tindakan­tindakan kami yang berlebih-lebihan dalam urusan kami dan tetapkanlah pendirian kami, dan tolonglah kami terhadap kaum yang kafir.” (Ali Imran : 147)

20. Mohon dituliskan sebagai saksi atas Ke Esaan Allah
     رَبَّنَا اٰمَنَّا بِمَآ أَنْزَلْتَ وَاتَّبَعْنَا الرَّسُوْلَ فَاكْتُبْنَا مَعَ الشَّاهِدِيْنَ ﴿٥٣﴾                                                                                  
Robbanaa aamannaa bimaa anzalta wattaba'nar rosuula faktubnaa ma'asysyahiudiin
"Ya Tuhan kami, kami telah beriman kepada apa yang telah Engkau turunkan dan telah kami ikuti rasul, karena itu masukkanlah kami ke dalam golongan orang-orang yang menjadi saksi (tentang keesaan Allah)". (Al Imraan : 53)

21. Mohon diberi kekuatan kemampuan bersyukur nikmat, beramal shaleh yang diridlai Allah dan menjadi hamba yang shaleh :
      رَبِّ أَوْزِعْنِيْ أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِيْ أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلٰى وَالِدَيَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحاً تَرْضَاهُ وَأَدْخِلْنِيْ بِرَحْمَتِكَ فِيْ عِبَادِكَ الصَّالِحِيْنَ ﴿١٩﴾                                                                 
Robbi awzi'nii an asykuro ni'matakal-latii an'amta `alayya wa'ataa waalidayya wa'an a'mala shoolihan tardloohu wa-ad khilnii birohmatika fii `ibaadikash­ shoolihiin
"Ya Tuhanku berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku dan untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau ridhai; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh". (An Naml : 19)
      رَبِّ أَوْزِعْنِيْ أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِيْ أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلٰى وَالِدَيَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحاً تَرْضَاهُ وَأَصْلِحْ لِيْ فِيْ ذُرِّيَّتِيْ إِنِّيْ تُبْتُ إِلَيْكَ وَإِنِّيْ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ ﴿١٥﴾                                                      
Robbi awzi'nii an asykuro ni'matakallatii an'amta `alayya wa'alaa waalidayya wa-an a'mala shoolihan tardloohu wa-ashlihlii fii dzurriyytii, innii tubtu ilayka wainnii minalmuslimiin
"Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri". (Al Ahqaaf : 15)

22. Mohon kesempurnaan petunjuk dalam segala hal:
رَبَّنَا لاَ تُزِغْ قُلُوْبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَّدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ ﴿٨﴾                                                         
Robbanaa laa tuzigh quluubanaa ba'da idz hadaytanaa wahablanaa min ladunka rohmatan, innaka antal wahhaab
"Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Maha pemberi (karunia)". (Al `Imran : 8)

23. Mohon ampunan, bagi diri sendiri, kedua orang tua dan orang muslim

Robbanaghfirlii waliwaa lidayya walilmu'-miniina yauma yaquumulhisaab
      "Ya Tuhan kami beri ampunlah aku dan kedua ibu bapakku dan sekalian orang-orang mu'min pada hari terjadinya hisab (hari kiamat).

24.
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِالْإِيْمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا غِلّاً لِّلَّذِيْنَ اٰمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَؤُوْفٌ رَّحِيْمٌ ﴿١٠﴾              
Robbanagh-firlanaa wali-ikhwaaninal-ladziina sabaquunaa bil-iimaani walaa taj'al fa'i quluubinaa ghil-lal-lil-ladziina aamanuu robbanaa innaka ro­uufur-rohiim
"Ya Rabb kami, beri ampunlah kami dan Saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Rabb kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang." (Al Hasyr : 10)

25. Mohon dikaruniai  suami/istri dan anak yang menyenangkan pandangan/hati :
      رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِيْنَ إِمَاماً ﴿٧٤﴾                                                                         
Robbanaa hablanaa min azwaajinaa wadzur­riyyaatinaa qurrota a'yunin waj'atnaa lilmuttaqiina imaamaa

"Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa." (Al Furqaan :74)

26.
رَبِّ هَبْ لِيْ مِنَ الصَّالِحِيْنَ ﴿١٠٠﴾
Robbihablii minash-shoolihiin
"Ya Tuhanku, anugrahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang saleh." (Ash Shaaffat : 100)

27. Mohon perlindungan dari godaan syaithan
رَّبِّ أَعُوْذُ بِكَ مِنْ هَمَزَاتِ الشَّيَاطِيْنِ ﴿٩٧﴾ وَأَعُوْذُ بِكَ رَبِّ أَنْ يَحْضُرُوْنِ ﴿٩٨﴾                                                                   
Robbi a'uudzubika min hamazaatisy-syayaathiin. Wa a'uudzubika robbi an yahdluruun
"Ya Tuhanku aku berlindung kepada Engkau dari bisikan­bisikan syaitan. Dan aku berlindung (pula) kepada Engkau Ya Tuhanku, dari kedatangan mereka kepadaku." (Al Mu'minuun : 97-98)

Do'a dari ayat ini, sering dibaca Nabi Muhammad SAW ketika akan memulai shalat. (Pendapat ahli tafsir).

28.
رَبِّ هَبْ لِيْ حُكْماً وَأَلْحِقْنِيْ بِالصَّالِحِيْنَ ﴿٨٣﴾ وَاجْعَل لِّيْ لِسَانَ صِدْقٍ فِي الْآخِرِيْنَ ﴿٨٤﴾ وَاجْعَلْنِيْ مِنْ وَرَثَةِ جَنَّةِ النَّعِيْمِ ﴿٨٥﴾                                                                       
Robbi hablii hukman wa-alhiqnii bish-shoolihiin. Waj'al-lii lisaani shidqil aakhiriin. Waj'alnii min warotsati jannatinna'iim
"Ya Tuhanku, berikanlah kepadaku hikmah dan masukkanlah aku ke dalam golongan orang-orang yang saleh, dan jadikanlah aku buah tutur yang baik bagi orang-orang (yang datang) kemudian, dan jadikanlah aku termasuk orang-orang yang mempusakai surga yang penuh kenikmatan." (Asy Syu'araa : 83-85)

29. Mohon diselamatkan dari siksa jahannam :
      رَبَّنَا اصْرِفْ عَنَّا عَذَابَ جَهَنَّمَ إِنَّ عَذَابَهَا كَانَ غَرَاماً ﴿٦٥﴾ إِنَّهَا سَاءتْ مُسْتَقَرّاً وَمُقَاماً ﴿٦٦﴾                                       
Wal-ladziina yaquuluuna  rabbanashrif ‘annaa `adzaaba jahannama inna `adzaabahaa kaana ghoroomaa. Innahaa saa-at mustaqorron wamuqoomaa
"Ya Tuhan kami, jauhkan azab Jahannam dari kami, Sesungguhnya azabnya itu adalah kebinasaan yang kekal. Sesungguhnya Jahannam itu seburuk-buruk tempat menetap dan tempat kediaman." (Al Furqan : 65 -66)

30. Pernyataan bertaubat :     
رَّبَّنَا عَلَيْكَ تَوَكَّلْنَا وَإِلَيْكَ أَنَبْنَا وَإِلَيْكَ الْمَصِيْرُ ﴿٤﴾
Robbanaa ‘alayka tawakkalnaa wailayka anabnaa wailaykalmashiir
"Ya Tuhan kami hanya kepada Engkaulah kami bertawakkal dan hanya kepada Engkaulah kami bertaubat dan hanya kepada Engkaulah kami kembali." (Al Muntahanah : 4 )

31. Mohon dikabulkan do'a :
     رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنتَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ ﴿١٢٧﴾
     وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ ﴿١٢٨﴾
Robbanaa taqobbalminnaa, innaka antas-samii'ul `alitm. Watub'alaynaa, innaka antattawwaburrohiim

"Ya Tuhan kami terimalah daripada kami (amalan kami), Sesungguhnya Engkaulah yang Maha mendengar lagi Maha Mengetahui. Dan terimalah Taubat kami. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang." (Al Baqarah : 127 - 128)

32. Penutup do'a : Shalawat dan hamdalah
     اَللهم صَلِّ عَلٰى مُحَمَّدٍ وَعَلٰى اٰلِ مُحَمَّدٍ  وَالْحَمْدُ لِلهِ رَبِّ اْلعَالَمِيْنَ
Allohumma sholli `alaa muhammadin vwa 'alaa aali muhammad. Walhamdulillaahirobbil'aalamiin

Diantara do'a do'a tersebut diatas boleh dibaca semuanya atau sebagian yang kita mampu menghafalnya.

33. Aa-miin (  )




BIODATA PENULIS


Drs. H. Sukemi, SH.

  1. Lahir 12 Juni 1942 di Wonogiri
  2. Pagi Belajar di Sekolah Rakyat tamat 1956 = 6 th
Sore Belajar di Madrasah Mamba’ul Ulum 1956 = 6 th
  1. 1956 – 1960  Belajar di Pendidikan Guru Agama Pertama Negeri di Surakarta = 4 th
  2. 1960 – 1963 Belajar di Pendidikan Hakim Islam Negeri di Yogyakarta = 3th
  3. 1963 – 1967 Bekerja sebagai Pegawai Negeri di Kantor Inspeksi Pendidikan Agama Tingkat Satu Prop. Nusa Tenggara Barat di Mataram = 4 th
  4. 1967 – 1973 Kuliah (Tugas belajar) di Fakultas Syari’ah IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta = 6 th
  5. 1989 – 1992 Kuliah Fakultas Hukum UMY Yogyakarta = 3 th
  6. 1972 – 1980 Mengajar di Sekolah Persiapan IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta = 8 th
  7. 1980 – 1986 Mengajar di Madrasah Aliyah Negeri Yogyakarta I (ex. PHIN) di Yogyakarta = 6 th
  8. 1986 – 1995 Hakim Pengadilan Agama Wonosari = 9th
  9. 1995 – 1999 Ketua/Hakim Pengadilan Agama Wonosari = 4 th
  10. 1999 – 2002 Ketua/Hakim Pengadilan Agama Bantul Yogyakarta = 3 th
  11. 2002 – 2005 Hakim Tinggi Pengadilan Tinggi Agama Yogyakarta = 3 th
  12. 2005 Purna Bakhti Hakim Pengadilan Agama


      Drs. Suyono, M.Ag.

1.      Lahir, 26 Juni 1968 di Wonosobo
2.      Belajar di SD Negeri Gading Sukuh tamat tahun 1981
3.      Belajar di SMP Negeri Kepil tamat tahun 1984
4.      Belajar di Madrasah Aliyan Negeri Mendolo Wonosobo tamat tahun 1987
5.      Kuliah di IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Fakultas Tarbiyah Jurusan PAI tamat tahun 1993
6.      Kuliah di Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Program Studi Pendidikan Islam Konsentrasi Pemikiran Pendidikan Islam tamat tahun 2005.
7.      Mengajar Pendidikan Agama Islam di SMP Muhamma-diyah 9 Yogyakarta tahun 1995 – 1999
8.      Mengajar Pendidikan Agama Islam di SMA Sultan Agung Yogyakarta tahun 1999 – 2001
9.      Mengajar Pendidikan Agama Islam di SMA Berbudi Yogyakarta tahun 2001 – 2008
10.  Mengajar Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 7 Yogyakarta tahun 2008 – 2015
11.  Pengawas Pendidikan Agama Islam sekolah umum tingkat menengah Kantor Kementerian Agama Kota Yogyakarta tahun 2015 – Sekarang



DAFTAR PUSTAKA


  1. Al Qur’anul Karim
  2. Fiqhus sunnah oleh Sayyid Sabiq
  3. Subulus Salam oleh As Sayyid Al Imam Muhammad Ismail Al Kahlaniy Ash Shon’aniy
  4. Tarjamah Mukhtashor Nailul Authar oleh Asyaif Faisal bin Abdul Aziz
  5. Shahih Muslim, tarjamah oleh Drs. Ahmad Zaidan
  6. Riadhus Shalihin tarjamah oleh Drs Mushlih CH Shabir
  7. Himpunan Dzikir dan Do’a oleh Teuku Muhammad Hasbi Ashiddieqy
  8. Dzikir dan Do’a Rasulullah sesudah shalat oleh Abu Amsaka
  9. Koreksi Total Ritual Shalat oleh Abu Ubaidah Masyhur bin Hasan bin Mahmud bin Salman Terjamah oleh W. Djunaidi S.S.Ag.
  10. Hadits Qudsi oleh KH. M.Ali Usman, H.A.A. Dahlan, Prof. Dr. H.M. D. Dahlan
  11. Mensucikan Jiwa Intisari Ihya Ulumuddin oleh Anwar Rofiq Sholeh Tamhid LC.
  12. Ensiklopedi Tarjih, DR. Muhammad Bin Umar Salim Bazamul
  13. Minhajul Muslim, Abu Bakar Jabir Al Jazairy
  14. Himpunan putusan Majelis Tarjih dan Tajdid Wilayah Muhammadiyah Daerah Istimewa Yogyakarta.